Popular Post

Posted by : Rika Wijayanti Minggu, 19 Februari 2017

Dari Hobi, Esthy Sukses Jualan Roti
oleh: Rika Wijayanti

Pacaran tidak melulu soal mencintai dan dicintai, tetapi juga berkembang bersama kekasih hati. Tediroso (41) bersama sang istri, Esthy Setyadi (38) merupakan sepasang suami istri yang menyalurkan hobi dalam kerajaan bisnis bakery dari Bogem, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Mereka memulai bisnis Esthy Cake n Bakery ini sejak masa pacaran hingga berkeluarga seperti sekarang. Nyatanya, usaha yang didasari oleh cinta mampu melambungkan brand Esthy Cake n Bakery milik mereka.
Esthy Cake n Bakery telah memiliki tiga outlet di wilayah Yogyakarta dan Klaten. Outlet pertama berada di Kalasan (belakang Juru Supit Bogem), kedua di Wedi-Klaten, dan ketiga di Wonosari. Di outlet-outlet Esthy Cake n Bakery ini, kita akan selalu melihat pemandangan lalu-lalang pembeli dari berbagai kalangan. Bagaimana tidak, slogan dari Esthy Cake n Bakery sendiri adalah “Roti untuk Semua”, maka tidak heran bahwa masyarakat dari kalangan ekonomi rendah, menengah, dan tinggi sama-sama bisa menikmati lezatnya roti. Ada cake, sponge cake/bolu, roti, danish pastry, bahkan jajan pasar. Semua produk dibanderol dengan harga mulai Rp 2.000,00 hingga Rp 80.000,00 sesuai jenis produk yang tentunya terjangkau bagi semua kalangan.

Up to Date untuk Menjaga Eksistensi
Ketika ditemui di outlet belakang Juru Supit Bogem, Tedi begitu antusias menceritakan kisahnya bersama sang istri menjadi wirausahawan. “Sejak pacaran, daripada kesana-kemari kita berusaha untuk produktif. Awalnya sebenarnya bermula dari hobi istri. Dulu ketika SMK istri saya mengambil jurusan tata boga. Istri juga sudah membantu tantenya membuat pesanan kue, lalu kami ingin lebih berkembang. Maka muncullah ide untuk membuka usaha sendiri,” ungkap Tedi.
Pasangan suami istri produktif ini memulai usahanya sejak tahun 2001 dengan modal terbatas berupa alat-alat pembuat kue saja, bahkan jika pesanan banyak mereka meminjam alat pembuat kue dari tantenya. Awalnya mereka hanya menerima pesanan dari teman-teman dekat. Supaya dikenal luas, Tedi dan Esthy sengaja menempel stiker bertuliskan nama, alamat, serta nomor kontaknya di setiap bungkus produk roti buatannya. Sejak awal, mereka berkomitmen membuat produk makanan yang sehat dan aman dikonsumsi tanpa bahan pengawet maupun penyedap rasa. Komitmen itu masih dijalankan hingga kini. Lambat laun usahanya pun semakin dikenal luas dan pesanan mulai banyak berdatangan.
Akibat gempa dahsyat yang meluluhlantakkan Yogyakarta tahun 2006 silam bisnis Esthy Cake n Bakery sempat macet. Tempat usaha dan peralatan pembuat roti rusak mengakibatkan tidak bisa berproduksi. Akan tetapi, Esthy Cake n Bakery tidak berhenti menggeliat. Rumah orang tua di Kalasan (pinggir Jl Jogja-Solo) akhirnya dijadikan tempat usaha. Selanjutnya, untuk memenuhi pesanan pembeli yang semakin membeludak diperlukan peralatan modern dan tempat usaha yang lebih memadai, maka pinjaman dari bank menjadi subsidi mereka membangun tempat usaha di belakang Juru Supit Bogem. Salah satu kunci sukses Tedi dan Esthy dalam bisnis bakery ini adalah terus berinovasi menemukan resep-resep roti baru. Hingga sekarang, pasangan ini sudah memiliki tiga outlet dengan jumlah karyawan 30 orang dan omzet 100-200 juta per bulan.
Kendala utama bagi Esthy Cake n Bakery adalah masalah tenaga kerja. Tedi menjelaskan, “Sekarang yang kita hadapi itu masalah tenaga kerja. Karena kalau jam kerja untuk perusahaan roti itu di mana saja susah untuk diprediksi. Jam kerja normal misal dari jam 5 pagi sampai jam 4 sore. Itu kalau pas pesanan tidak banyak tidak masalah. Tapi kalau pas pesanan banyak, pekerjanya sampai overtime. Mencari orang-orang yang mau bekerja dengan waktu yang tidak tentu itu sulit.” Oleh karena alasan inilah pekerja di Esthy Cake n Bakery dipilih berdasarkan niatnya.
“Usaha bakery seperti ini sudah banyak dijalankan oleh para wirausahawan, untuk bisa menjaga eksistensi dari Esthy Cake n Bakery, usaha apa yang dilakukan?” tanya penulis. Tedi menjawab bahwa untuk menjaga eksistensi mereka selalu berusaha mempertahankan kualitas, tidak berhenti bereksperimen, selalu berinovasi, dan berusaha memenuhi tren pasar. “Kalau kita pas jalan ke mana, ada toko baru kita survei biar tahu ada produk baru apa. Lalu kita coba buat, enak, dijual.” kata Tedi menambahkan.

Dari Mulut ke Mulut
Media sosial tengah digandrungi masyarakat di Indonesia. Momen ini banyak dimanfaatkan oleh para pengusaha sebagai strategi pemasaran produk. Hasilnya sangat mencengangkan, banyak usaha yang dikenal melalui media sosial. Akan tetapi, cara ini tidak berlaku di Esthy Cake n Bakery.
 “Kita tim marketting itu tidak ada. Jadi sales juga tidak ada. Kita mengandalkan mulut ke mulut. Biar yang menilai konsumen,” kata Tedi. Kepercayaan konsumen adalah mutlak, maka perlu menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Tedi dan Esthy menganggap para pelanggan sebagai bagian dari keluarga. Dengan demikian, para pelanggan menjadi nyaman saat berbelanja dan tentunya akan merekomendasikan ke orang lain untuk berbelanja di Esthy Cake n Bakery.
Belakangan ini, Esthy Cake n Bakery juga berkontribusi dalam dunia pendidikan. Mereka mengajak anak-anak TK menghias donat di dapur produksi. Sejumlah TK di Kalasan telah berkesempatan menyambangi perusahaan roti ini. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengenalan dan pengalaman bagi anak terhadap lingkungan luar sekaligus rekreasi. "Berkunjung dan mencoba menghias donat menjadi pengalaman tersendiri bagi anak mengenal dunia kerja," kata Tedi menjelaskan. Di balik itu, ada alasan lain yaitu ingin lebih mengenalkan Esthy Cake n Bakery pada masyarakat luas melalui kegiatan yang diselenggarakan.
Walaupun terbilang sukses, Tedi dan Eshty tidak melupakan jasa para karyawannya. Kepada penulis, Tedi mengatakan bahwa karyawan dipilih berdasarkan niat, bukan semata-mata kemampuannya saja. Bisnis juga tidak melulu soal uang. Ada sebagian milik orang lain yang harus diberikan haknya. Kualitas produk, kepuasan konsumen, dan kesejahteraan tenaga kerja menjadi perhatian utama Tedi dan Esthy. “Kontrol setiap saat dilakukan. Kebersihan harus selalu dijaga agar nyaman dan produk terjaga. Ada sistem bonus untuk memotivasi mereka agar kerjanya lebih bagus,” ucap Tedi.

Tak lupa Tedi membagikan tips berwirausaha bagi para calon wirausaha. “Kalau hobi disalurkan ke perusahaan itu bagus sekali, kalau gagal mudah termotivasi lagi. Kalau tidak hobi sering cepat menyerah. Yang penting jangan putus asa, terus melakukan inovasi. Juga jangan setengah-setengah melakukan sesuatu. Selain itu, buatlah suasana hati yang menyenangkan dalam bekerja dan jangan lupa untuk berbagi pada sesama, karena harta kita tidak sepenuhnya milik kita.” 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Rika Wiijayanti - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -