Popular Post

Posted by : Rika Wijayanti Sabtu, 22 November 2014




Tato: Warisan Budaya Dunia

Kapan tepatnya pertama kali tato dibuat masih menjadi misteri hingga saat ini. Pasalnya, beberapa ahli mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda terkait waktu kemunculan tato. Namun, budaya yang menjamur di masyarakat ini telah mendampingi kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Jika di masa lalu tato menjadi sarana ritual, kemudian sempat juga menjadi simbol penjahat hingga meraih reputasi buruk, kini tato bertransformasi menjadi tren fashion yang bernilai estetis tinggi.
Istilah tato atau tattoo (dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa Tahiti yaitu tatau yang berarti “untuk menandai sesuatu”. Di Indonesia, tato mempunyai sinonim yaitu rajah. Sesuai artinya, dahulu tato berfungsi sebagai tanda wilayah, derajat, pangkat, bahkan kesehatan seseorang. Akan tetapi, melihat perkembangannya yang sangat pesat, fungsi tato pun bergeser menyesuaikan kebutuhan zaman dan masyarakat pemakainya.
Seni tato tetap populer di dunia meskipun beberapa kalangan menganggapnya tabu. Tato telah digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filiphina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja dan Tiongkok. Masyarakat Polinesia menjadikan tato sebagai tanda kedewasaan. Bagi kaum laki-laki, tato digambar di bawah pinggang menyerupai celana pendek dan bagi perempuan, tato digambar pada pergelangan tangan dan kaki. Lalu di Amerika, suku Indian juga melukis tubuh mereka. Hal ini dilakukan untuk mempercantik dan menunjukkan status sosial pemakainya.
Budaya tato di wajah menggejala di beberapa negara. Perempuan suku bangsa Kirdi dan Lobi, Afrika Tengah memiliki tato berukuran kecil di bagian mulut, membentuk desain segitiga yang disebut wobaade. Tato ini bertujuan menghindarkan diri dari gangguan setan. Selain Afrika, Jepang juga memiliki budaya tato di wajah. Pada awalnya, tato di Jepang berfungsi sebagai bentuk ritual, kemudian pada masa Shogun Tokugawa bergeser menjadi tanda keluarga. Sedangkan di Mesir, tato dilukis di alis dan pergelangan tangan sebagai lambang kebangsawanan dan kecantikan. Masyarakat Polinesia juga mengembangkan tato di bagian wajah yang biasa disebut moko. Sedangkan di Cina, tepatnya pada suku Drung dan Dai, penatoan tubuh khususnya tangan dan wajah sudah menjadi hal yang biasa. Tato digunakan sebagai lambang kedewasaan pada perempuan yang memasuki usia 12-13 tahun, juga sebagai alat pelindung diri ketika mereka hendak ditangkap dan dijadikan budak. Pasalnya, perempuan yang menjadi budak berisiko menjadi korban pemerkosaan.
Tato juga digunakan sebagai alat medis. Pada masyarakat Berber dan Samoa di Afrika, tato difungsikan untuk mengatasi pegal linu dan encok. Selain itu, tato sebagai alat medis juga dapat ditemui pada masyarakat Mesir dan Afrika Selatan.
Pada masyarakat Indocina seperti Thailand, Kamboja dan Burma, tato mempunyai kemiripan pola desain layaknya pemahatan pada tubuh. Rata-rata desain berbentuk titik-titik yang membentuk garis memanjang berpola sejajar, spiral dan vertikal, serta bercorak mokromatik (gambar naga, burung dan singa). Mereka meyakini bahwa tato  mampu menambah keelokan tubuh mereka.
Tato di Indonesia juga memiliki beragam fungsi. Pada suku Dayak purba, tato yang dilukis di pergelangan tangan dan kaki berfungsi sebagai tanda kebangsawanan. Lain halnya bagi pemangku adat dan dukun, tato yang menghias sekujur tubuhnya difungsikan sebagai ritual keagamaan. Sedangkan di Borneo, Kalimantan, penduduk asli wanita menganggap bahwa tato merupakan simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Suku Mentawai sendiri memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam, menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial atau profesi.
Seiring perkembangan zaman, fungsi tato mulai mengalami pergeseran. Di Indonesia, pada zaman kolonial, tato berfungsi sebagai tanda penjahat. Penatoannya dilakukan dengan cara mencap pada bagian tubuh yang mudah terlihat, menggunakan besi panas yang telah dibentuk. Kemudian, pada era perang dunia, tato menjadi tanda pengenal bagi tentara dan pelaut. Sedangkan pada masa kini, fungsi tato telah bertransformasi sebagai wujud karya seni yang bernilai estetika tinggi. Bahkan telah menjadi tren fashion di kalangan masyarakat urban.

Tato di Indonesia
Di beberapa daerah di Indonesia, tato telah menjadi budaya tradisional yang mendarah daging. Daerah yang menjunjung tinggi budaya tato antara lain Sumatera Barat (suku Mentawai), Kalimantan (suku Dayak) dan Bali.
Jenis tato tertua di Indonesia adalah tato yang dimiliki oleh suku Mentawai. Bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia. Menurut sejarah, orang-orang suku Mentawai telah menato badan sejak mereka datang ke pantai barat Sumatra, pada zaman Logam, 1500 SM-500 SM.
Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi yang memiliki beberapa kedudukan. Pertama, sebagai lambang jati diri, status soial dan profesi. Tato sikerei (dukun) berbeda dengan tato ahli berburu. Sikerei diketahui dari tato bintang Sibalu-balu di badannya, sementara seorang yang berprofesi sebagai pemburu diketahui dari tato yang bergambar hewan buruannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Begitu pula dengan profesi lain yang menggunakan tato berbeda sebagai penanda profesi pemakainya. Kedua, sebagai simbol keseimbangan alam yang dipandang sebagai roh kehidupan. Suku Mentawai sangat menghormati alam, maka sebagai wujud kepedulian dan kecintaan mereka terhadap alam, dijadikanlah tato sebagai media ekspresinya. Biasanya tato yang digunakan bergambar pohon, matahari, hewan, atau batu. Ketiga, sebagai media ekspresi keindahan. Kreativitas dan jiwa seni yang tinggi yang dimiliki suku Mentawai, akhirnya menghasilkan motif-motif indah yang membalut tubuh mereka.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ''Arat Sabulungan''. Istilah ini berasal dari kata sa (se) yang berarti sekumpulan, serta bulung yang berarti daun, sehingga dapat diartikan sebagai kumpulan daun yang dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang oleh masyarakat diyakini memiliki tenaga gaib. Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, pengobatan, pindah rumah dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig (usia 11-12 tahun), orang tua memanggil sikerei (dukun) dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatiti (seniman tato) yang akan menato si anak. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki pada masyarakat Mentawai. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.
Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat (upacara inisiasi yang dipimpin sikerei) di galeri milik sipatiti terlebih dahulu. Tubuh bocah yang akan ditato mulai digambar dengan lidi. Sketsa yang telah tergambar di atas tubuh kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu yang dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa. Janji Gagak Borneo merupakan tahap penatoan awal yang dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usia bocah tadi menginjak dewasa, gambar tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.
Di Indonesia, tato suku Mentawai dianggap lebih demokratis dibandingkan tato suku Dayak yang cenderung menunjukkan status kekayaan pemakainya. Semakin banyak tato menghiasi tubuh seseorang, maka dianggap semakin kaya orang tersebut.
Tato menjadi bagian dari tradisi, religi, bahkan strata sosial dalam masyarakat suku Dayak, khususnya Dayak Kenyah, Dayak Kayan, Dayak Iban dan Dayak Ngaju. Dalam keyakinan suku Dayak, contohnya bagi Dayak Iban dan Dayak Kayan, tato merupakan wujud penghormatan kepada leluhur. Di kedua suku itu, menato diyakini mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.
Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak menilai bahwa teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Dayak Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau (membunuh orang untuk diambil kepalanya). Namun sejak adanya larangan mengayau dari pemerintah, tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika saja. Meskipun begitu, tradisi tato kaum perempuan tidak hilang.
Hingga kini, masyarakat Dayak menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski tidak mengenal kasta, perempuan yang tidak bertato dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato. Ada tiga macam tato yang biasa dipakai perempuan Dayak Kayan, antara lain tedak kassa yang digambar pada seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa, tedak usuu yang digambar di seluruh tangan dan tedak hapii yang digambar di seluruh paha.
Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama. Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, apabila pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam.
Bagi perempuan Dayak, memiliki tato di bagian paha menandakan status sosial yang sangat tinggi. Biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski begitu, ada juga tato di bagian lutut yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato di badan.
Bagi masyarakat Dayak Iban, tato juga menggambarkan derajat status sosial seseorang. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi atas tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili jagat raya (atas) terlihat pada motif burung Enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah. Kepala adat, kepala kampung dan panglima perang menato diri mereka dengan simbol dunia atas, sedangkan simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan seseorang.
Saat ini, tato Dayak Ngaju bisa dikatakan telah punah. Hal ini dikarenakan sudah banyak suku Dayak Ngaju yang menganut kepercayaan Islam, Kristen dan juga aturan pemerintah yang tidak menerima pegawai/polisi/tentara yang memiliki tato. Di samping itu, tidak ada lagi generasi tua yang bertato. Oleh karena itu, jarang sekali yang membicarakan tato suku Dayak Ngaju.
Kebudayaan Dayak Ngaju tidak mengenal kuping panjang. Orang sering mengasosiasikan Dayak dengan tato dan kuping panjang. Padahal, kebudayaan Dayak Ngaju tidak mengenal budaya kuping panjang, tetapi babunus atau pesek yang artinya bertindik.
Suku Dayak Ngaju membuat tato dengan maksud tertentu. Menurut kepercayaan masyarakat, bila seseorang telah membuat tato di tubuhnya, kelak saat meninggal dunia dan telah menjalani upacara tiwah (upacara penguburan pada masyarakat Dayak Ngaju), maka tato yang berada di tubuhnya yang semula berwarna hitam akan berubah menjadi emas sehingga seluruh tubuh akan berkilat-kilat. Tato juga berfungsi sebagai bukti bahwa ia suku Dayak, karena semua turunan suku Dayak harus ditato dan ditindik telinganya.
Tato juga terkait dengan sifat kepahlawanan. Di masa lalu, apabila pemuda suku Dayak tidak bertato, maka dianggap kurang jantan oleh gadis-gadis. Selain itu, tato juga merupakan tanda lulus kinyah (bela diri menggunakan Mandau). Biasanya pada usia 10 tahun, saat anak telah berhasil mempelajari gerakan kinyah dan mendapatkan kepala musuh, maka di betis kakinya akan diberi tato.
Selain tato-tato pada suku Dayak yang telah disebutkan di atas, masih terdapat tradisi tato suku Dayak yang bermukim di perbatasan Kalimantan-Serawak. Mereka menato jari-jari tangan sebagai ciri bahwa suku tersebut ahli dalam hal pengobatan.
Di salah satu surga wisata Indonesia, Bali, budaya tato juga berkembang pesat. Dalam bahasa Bali, tato dikenal dengan bahasa mencocoh, sesuai dengan cara pengerjaannya, kulit tubuh dicocoh menggunakan jarum yang bertinta hitam. Pada awal perkembangannya, tato di Bali hanya digemari oleh kalangan elit (dukun, penguasa dan agamawan). Hal ini karena di dalam desain tato Bali mengandung nilai magis, seperti ornamen Bali, calon arang, tokoh pewayangan, gambar rerejahan (misalnya Rerejahan Modre Utama Temen), aksara suci (Acintya, Tri-sula, Cakra). Penggunaan tato tersebut dianggap hanya sesuai bagi mereka yang berada pada posisi tinggi, yaitu yang dianggap lebih dekat dengan dewa.
Motif tato Bali dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni kala, simbolik, senjata dan dewa-dewi. Pertama, motif Kala. Biasanya terdiri atas gambar raksasa gundul, Rangda, Kala, Kala Rau Makan Bulan, Raja Banaspati, Sang Kala Raksa, Buta Siu, Sang Jogor Manik. Kedua, motif simbolik yang terdiri atas gambar Ongkara, Acintya, berbagai aksara suci seperti Ang, Ung, Mang. Ketiga, motif senjata seperti gambar rantai, keris, kapak dan gada. Keempat, motif dewa-dewi. Gambar yang biasa digunakan adalah gambar dewa-dewi yang terkenal dalam agama Hindu, seperti dewa Wisnu, dewa Brahma, dewi Durga, dewi Laksmi, dewi Saraswati.
Tato tradisional Bali menggunakan bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar. Untuk pewarnaan, masyarakat memanfaatkan getah pisang yang dicampur dengan jelaga dan minyak kelapa. Ketiga bahan dasar tersebut dicampur dan dioleskan pada kulit yang akan ditato.
Ketika militer Jepang menginvasi Bali, tato mengalami perubahan karena munculnya berbagai kejahatan. Pada tahun 1970-an, untuk menunjukan rasa solidaritas pemuda di suatu daerah, maka dilakukan dengan membuat tato. Tato di sini berperan dalam meningkatkan solidaritas sesama warga dalam mewaspadai, menghadapi dan melawan segala ancaman dari luar. Hal ini semakin menarik karena tato cenderung mengarah pada maskulinitas (kejantanan), sehingga segala ancaman yang datang dari luar dipastikan dapat diatasi oleh para pemuda, meski pada akhirnya mereka tidak dapat menghindari cara kekerasan dan chauvinistis.
Bali kini dilanda tato sekular. Kecenderungan warga Bali meninggalkan desain lokal disebabkan oleh adanya kekhawatiran jika gambar lokal di tubuh dapat menimbulkan pertentangan. Hal ini pernah terjadi ketika turis Belanda menato aksara suci di pantatnya, ia pun harus menuai reaksi keras dari umat Hindu di Bali.

Geliat tato masa kini
Persepsi masyarakat terhadap dunia tato kini mengalami pergeseran. Dulu, banyak berkembang tato tradisional yang identik dengan sifat religius dan magis, karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian, tato juga memperoleh stigma negatif. Dahulu, sekitar tahun 1970-1980-an, masyarakat menilai tato sebagai bentuk kriminalitas, karena di masa tersebut biasanya masyarakat yang membuat tato adalah para penghuni penjara. Selain itu, kelompok Yakuza di Jepang juga turut mempengaruhi pembentukan stigma negatif terhadap tato. Mereka menggunakan horimono (tato tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal (seperti perjudian, narkoba), akhirnya terbentuklah pandangan negatif terhadap tato. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini, setelah era tahun 1990-an, tato mulai dipandang sebagai sebuah bentuk kesenian. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif tadi, kini tato telah menjadi tren fashion dunia. Di kalangan masyarakat urban, tato telah disejajarkan dengan aksesori. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi tato telah menjadi pelengkap penampilan bagi penggemarnya.
Banyak figur bertato yang menginspirasi masyarakat untuk menato dirinya, sehingga tato dapat menjadi tren dunia. Salah satu figur yang paling berpengaruh adalah artis. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka menjadi kiblat fashion berbagai kalangan, khususnya anak muda. Axl Roses misalnya. Vokalis Guns n’ Roses, band beraliran hard rock dari Amerika Serikat ini memang tidak asing dengan tato. Dengan ketenarannya, tato tersebut banyak diikuti, terutama oleh para penggemarnya. Selain itu, di Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih memandang tato sebagai hal yang tabu, juga telah menerima kehadiran budaya ini, terutama masyarakat urban. Figur artis ternama seperti Rio Dewanto, Tora Sudiro, Fachry Albar, Dimas Anggara, Vicky Nitinegoro, hingga Kaka (vokalis band Slank) menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia juga telah terbuka terhadap budaya tato. Bahkan perempuan pun juga banyak yang telah mengikuti tren dunia ini, seperti Tamara Geraldine, Olla Ramlan, Nikita Mirzani, Poppy Sovia, dan masih banyak lagi.
Jenis tato yang berkembang di masa sekarang pun beragam. Secara umum dibagi menjadi tato abstraksi, tato naturalistik, tato dedikasi, tato simple, dan tato kompleks. Tato abstraksi, sebagian besar berasal dari tato gaya kuno yang biasanya digambar di sekitar pusar, dada, betis, dan berwarna hitam atau abu-abu. Lalu ada tato naturalistik yang menggambarkan gaya realistis yang cenderung berbentuk alami. Bentuk yang populer adalah wajah asli Amerika dan para pemimpin agama. Kemudian tato dedikasi yang dibuat karena orang yang menato tersebut memiliki janji atau terlalu mengagumi seseorang, misalnya dengan mengukir nama atau wajah orang tersebut di salah satu bagian tubuhnya. Selain itu, ada tato simple yang tidak memiliki batasan dalam segi desain. Segala bentuk dan ukuran termasuk pada jenis ini asalkan pembuat tato menganggapnya bernilai seni, seperti tato bergambar bunga, hati, atau lambang zodiak. Selanjutnya ada tato kompleks, tato kombinasi dari jenis lainnya. Penggabungan berbagai tato ini semakin membuat tato menjadi lebih menarik. Selain lima jenis tato tadi, di zaman modern ini telah berkembang jenis tato 3D atau tiga dimensi. Hal yang ditonjolkan pada jenis tato 3D adalah realisme dan perbedaan antara hitam dan abu-abu atau Full Color Tattoo dalam penempatan bayang-bayang, sehingga gambar timbul seperti benda nyata.

(disusun dari berbagai sumber)

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. ¬ hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!

    BalasHapus

- Copyright © Rika Wiijayanti - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -