Popular Post

Archive for November 2014

Bimo Wibowo: Pengusaha Bakpia Beromzet Ratusan Juta

By : Rika Wijayanti


Bimo Wibowo: Pengusaha Bakpia Beromzet Ratusan Juta
Oleh: Rika Wijayanti

Berpendidikan tinggi tidak menjamin kesuksesan. Idiom ini yang telah dibuktikan oleh lulusan SMA Negeri 3 Tuban bernama Bimo Wibowo. Pak Bimo adalah pendiri dan pengelola usaha Bakpia Pathok Mutiara Jogja. Di usianya yang sekarang 34 tahun, wirausahawan asal Tuban, Jawa Timur yang telah berkeluarga ini, telah mampu melambungkan brand Bakpia Pathok Mutiara Jogja miliknya.
“Apa yang memotivasi bapak untuk berwirausaha?” tanya penulis. “Terpaksa,” jawab Pak Bimo. Pak Bimo dilahirkan dalam sebuah keluarga petani yang kurang mampu. Orang tuanya yang berpendidikan minim, beranggapan bahwa tidak ada korelasi antara pendidikan dan pekerjaan. Dengan tidak adanya dorongan motivasi maupun ekonomi dari keluarga, menyebabkan Pak Bimo harus rela meninggalkan kuliahnya di jurusan Ekonomi tanpa menyandang gelar sarjana. Setelah itu, Pak Bimo malang-melintang bekerja di perusahaan-perusahaan seperti PLTU Paiton, PT. Sarlindo Utama, Sumitumo Corporation, perbankan, dan beberapa perusahaan lain secara berpindah-pindah. Akan tetapi, maraknya program outsourcing pada tahun 2004, membuatnya tidak nyaman dalam bekerja. Pada masa itu, para pekerja bekerja bukan sebagai karyawan tetap, melainkan terikat masa kontrak. Karena ketidaknyamanan dalam bekerja, maka lahirlah ide untuk berwirausaha.
Yogyakarta atau sering disebut Jogja merupakan salah satu tujuan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Peluang besar ini membuka mata Pak Bimo untuk mengambil jalur usaha di bidang kuliner, khususnya oleh-oleh khas Jogja. Jogja memiliki beberapa ikon kuliner antara lain bakpia, gudeg, yangko, dan geplak. Dan ikon kuliner yang dipilih Pak Bimo untuk dijual adalah bakpia. Hal ini dikarenakan bakpia merupakan salah satu produk yang tahan lama (tidak cepat basi), telah dikenal pasar dengan baik, serta selalu identik dengan oleh-oleh dan wisatawan.
Sepinya pembeli dan banyaknya komplain menjadi cambuk bagi Pak Bimo untuk memproduksi bakpia. Pak Bimo mengawali usahanya dengan menjual berbagai penganan ringan dan bakpia titipan dari produsen lain. “Biasanya Jogja ramai di akhir pekan. Orang beli pada hari Sabtu dan Minggu untuk dibawa ke kantor hari Senin atau Selasa. Itu banyak komplain, kok bakpia ini keras, kok bakpia ini berjamur, dan lain-lain. Padahal kan produk titipan, tapi kan pasti kami yang kena komplain, tokonya kita,” kata Pak Bimo menjelaskan. Peristiwa seperti ini berdampak pada menurunnya minat pembeli terhadap produk yang dijual. Oleh karena itu, pada bulan Maret 2008, Pak Bimo berinisiatif memulai produksi bakpia konvensional untuk mempertahankan pembeli dan membesarkan usahanya dengan modal awal sebesar tujuh juta rupiah.
Nama brand yang mudah diingat, akan menarik pembeli dan akhirnya berperan pada peningkatan daya jual. Awalnya, Pak Bimo belum menggunakan nama brand yang sekarang dipakai yaitu Bakpia Pathok Mutiara Jogja. Beliau masih menggunakan nama Bakpia Jaya, lalu berganti mengikuti tren nama dengan angka menjadi Bakpia 25. Kemudian, karena banyaknya wirausahawan yang menggunakan nama sejenis (menggunakan angka), orang cenderung kesulitan mengingat nama brand Bakpia 25. Akhirnya Pak Bimo memiliki ide untuk mengganti nama brand tersebut dengan kata yaitu Mutiara, sehingga menjadi Bakpia Pathok Mutiara Jogja dengan slogan “Bakpia yang Enaknya Nggak Pernah Bohong”. Makna dari slogan tersebut adalah komitmen Bakpia Pathok Mutiara Jogja untuk menjaga kualitas dan memperoleh kepercayaan dari pembeli bahwa Bakpia Pathok Mutiara Jogja pasti enak. Akan tetapi, pasar yang menentukan enak atau tidaknya produk yang ditawarkan, dengan demikian diterima atau tidaknya produk tersebut dapat diketahui dengan indikator laku atau tidaknya produk yang ditawarkan. Dan Bakpia Pathok Mutiara Jogja telah membuktikan bahwa slogannya bukan hanya sekedar kata-kata, tapi menunjukan kualitas produk yang terbukti dengan angka penjualan yang tinggi hingga saat ini.
Pada tahun 2010, Pak Bimo mulai mengiklankan produk bakpia konvensionalnya. Untuk memperkenalkan brand miliknya, beliau sangat mengandalkan metode dari mulut ke mulut. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa metode inilah yang membesarkan nama brand miliknya. Adapun cara lain yang ditempuh yaitu dengan menjadi sponsor di berbagai kegiatan, melalui media sosial, dan pemasangan papan iklan di titik tertentu, tepatnya pada titik yang berpotensi dikunjungi pengunjung dari luar kota, seperti Malioboro. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan perbandingan pembeli lokal dan wisatawan dari luar kota yaitu 30 : 70. Karena wisatawan dari luar kota lebih berpotensi sebagai pembeli yang konsumtif, maka dibidik sebagai sasaran utama.
Kemudian, pada tahun 2011, Pak Bimo menemukan konsep baru bagi produknya. Sebelumnya Pak Bimo memproduksi bakpia konvensional, dan dengan ditemukannya konsep baru, maka menjadi bakpia masa kini yang lebih tahan lama tanpa pengawet dan pewarna, serta tersedia berbagai inovasi rasa. Produk yang ditawarkan pun semakin beragam antara lain bakpia dengan aneka rasa, yangko, geplak, dodol, cakar, paru, olahan tengiri, bandeng, bebek, aneka kripik, dan aneka camilan lain yang cocok dibeli sebagai oleh-oleh maupun teman ngemil di perjalanan. Produk-produk tersebut dibanderol dengan harga yang terjangkau dan sebanding dengan kualitas yang diberikan antara Rp 2.000,00 (air mineral) sampai Rp 80.000,00 (olahan bebek). Sedangkan bakpia sebagai produk utama, satu kotak dihargai Rp 25.000,00 untuk bakpia satu rasa (kacang hijau, keju, cokelat, kumbu hitam, kumbu hijau) dan Rp 30.000,00 untuk bakpia aneka rasa.
Setelah membuktikan diri sebagai brand yang berkualitas dan banyak dikenal, berbagai media massa mulai melirik brand Bakpia Pathok Mutiara Jogja. Media massa tersebut terdiri atas media cetak yaitu koran Tribun Jogja dan beberapa stasiun televisi yang meliput kesuksesan Bakpia Pathok Mutiara Jogja seperti RCTI, MNC TV, TVRI, Kompas TV, dan Jogja TV. Demikian, media massa tersebut memiliki andil dalam upaya memperluas eksistensi Bakpia Pathok Mutiara Jogja, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat luas. Dan untuk menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas, pak Bimo juga menyediakan layanan paket ke seluruh Indonesia.
Setahun kemudian, yaitu pada tahun 2012, brand Bakpia Pathok Mutiara Jogja booming. Pada bulan Oktober 2012, Pak Bimo mulai menempati rumah produksi di Jl. Manisrenggo Km 0,5 Tlogo, Prambanan, Klaten (utara stasiun Prambanan). Dan seiring perkembangannya, Pak Bimo terus menambah toko hingga sekarang memiliki 5 toko yaitu di rumah produksi dan 4 lainnya di sepanjang jalan Solo, tepatnya Jl. Jogja-Solo Km 9 Yogyakarta (100 m timur pasar Sambilegi), Jl. Jogja-Solo Km 10 Yogyakarta (100 m timur bandara Adisucipto), Jl. Jogja-Solo Km 10,5 Yogyakarta (depan patung Garuda AAU), dan Jl. Jogja-Solo Km 17 Prambanan, Klaten (timur candi Prambanan).
Tidak ada jalan tol untuk menuju kesuksesan. Tantangan berupa minimnya modal, kompetitor dan kenaikan harga bahan baku selalu menghantui para wirausahawan, tidak terkecuali Pak Bimo. Tantangan-tantangan tersebut dihadapi Pak Bimo dengan berbagai inovasi. Dengan modal awal yang relatif kecil yaitu sebesar tujuh juta rupiah, mengharuskan Pak Bimo memutar otak dalam pengelolaan keuangan. Pasalnya, modal tersebut harus cukup untuk biaya produksi bakpia dan biaya sewa toko untuk berjualan sebesar 17 juta rupiah per tahun. Untuk mengatasi masalah sewa, beliau mengandalkan negosiasi dan kepercayaan. Kemudian, pada masa pergantian kepemimpinan yang akan datang, kenaikan harga bahan baku untuk produksi tidak dapat dihindari. Di tengah himpitan biaya produksi yang melambung, para pewirausaha harus tetap mempertahankan daya jual produknya. Salah satu pilihan inovasi yang akan dilakukan Pak Bimo yaitu dengan mengurangi kuantitas tanpa mengurangi kualitas. Melalui hal ini, harga akan tetap stabil. Dan komitmen yang tertera pada slogan “Bakpia yang Enaknya Nggak Pernah Bohong” tetap terjaga. Artinya, beliau tidak akan pernah mempermainkan rasa untuk menjaga kualitas produknya, “Rasa sudah paten!” kata Pak Bimo menegaskan. Lalu, tantangan lainnya yaitu kompetitor dengan usaha sejenis. Selain mempertahankan kualitas produknya, inovasi lain yang telah dilakukan Pak Bimo yaitu dengan menambah varian rasa pada produk-produknya, sehingga tidak kalah saing dengan produk sejenis.
Merugi adalah hal biasa dalam berwirausaha. Sebagai wirausahawan, Pak Bimo juga pernah mengalami kerugian terutama saat awal mula berwirausaha, tepatnya sebelum menempati rumah produksi. Pernah dalam sehari, beliau hanya mendapat pemasukan Rp 8.000,00. Namun dengan keuletan dan komitmennya, ia dapat bangkit mengembangkan usahanya dan mendapat tempat di hati masyarakat selaku pembeli, sehingga usahanya dapat berkembang sampai saat ini. 
Bermanfaat untuk orang lain. Bermula dari prinsip ini, kini Pak Bimo telah  melebarkan sayap usahanya dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi puluhan pekerja yang berasal dari daerah sekitar Prambanan. Dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan, beliau mampu menghidupi keluarganya dan para pekerja. “Saya berharap agar brand ini makin dikenal, Jogja semakin dikenal,” kata Pak Bimo mengakhiri perbincangan dengan penulis pada Jum’at (26/9/2014) di rumah produksi.
Tag : ,

Candi Prambanan

By : Rika Wijayanti
Keeksotisan Candi Hindu yang Mendunia

Daerah Istimewa Yogyakarta, sesuai namanya, salah satu provinsi di Indonesia ini memang banyak menyimpan keistimewaan di dalamnya. Tidak hanya kota pendidikan, kota yang sering disebut Jogja ini juga dijuluki sebagai kota seni dan budaya. Candi Prambanan adalah salah satu objek wisata budaya Jogja yang termasyhur namanya hingga ke penjuru dunia. Kecantikan, kekayaan sejarah, dan perannya di masa lalu telah menjadikannya sebagai tempat kunjungan wajib bagi para wisatawan bila berkunjung ke Jogja.
Candi Prambanan yang mendunia. Siapa yang tidak kenal candi Prambanan? Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Setiap mata memandang tidak akan luput dari pesona keperkasaannya. Hal ini terbukti dengan dijadikannya candi Prambanan sebagai tempat pembuatan adegan film internasional berjudul The Philosophers After The Dark. Film ini membuktikan eksistensi candi Prambanan yang diakui oleh warga dunia.
Letak candi Prambanan yang sangat strategis membuatnya tidak dapat dilewatkan begitu saja oleh wisatawan. Kompleks candi ini terletak di desa Prambanan, tepatnya Jalan Jogja-Solo Km 16, Prambanan, Sleman, Yogyakarta 55571, Indonesia. Secara administratif, candi Prambanan masuk dalam dua kabupaten dan dua provinsi sekaligus, yaitu Kabupaten Sleman Provinsi DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Jaraknya ± 20 km dari kota Yogyakarta. Mudahnya akses menuju candi Prambanan, membuat wisatawan tidak perlu khawatir perihal transportasi. Lahan parkir yang luas memungkinkan sepeda, motor, mobil, maupun bus masuk. Namun, bus Trans Jogja dapat menjadi pilihan utama. Selain nyaman, biayanya pun terjangkau yaitu Rp 3.000,00. Apabila ingin ke candi Prambanan, Anda cukup turun di selter Prambanan, dan ketika memandang ke arah utara, maka tampaklah candi Prambanan dengan pesonanya yang menjulang. Gerbang masuknya berada di sebelah timur.
Untuk menikmati candi Hindu tercantik sedunia ini, pengunjung tidak perlu khawatir dengan harga tiket masuk karena sudah disesuaikan dengan kantong pengunjung. Pengunjung lokal cukup membayar Rp 30.000,00 untuk dewasa dan Rp 12.500,00 untuk anak-anak serta pelajar. Wisatawan asing cukup membayar Rp 171.000,00 untuk dewasa dan Rp 95.000,00 untuk anak-anak. Harga ini sebanding dengan fasilitas dan pesona keindahan candi yang akan didapat. Cukup dengan membeli satu tiket masuk, pengunjung juga sudah dapat memasuki objek wisata candi Prambanan beberapa kali di hari yang sama. Hal ini merupakan kabar baik bagi pengunjung, khususnya fotografer. Mereka dapat leluasa mengabadikan momen-momen berharga dengan menyesuaikan waktu untuk mendapatkan gambar terbaik pada pagi, siang, maupun sore hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap sudut kompleks candi Prambanan memang menawarkan pemandangan yang menawan, sehingga rugi rasanya bila berkunjung ke candi Prambanan tetapi tidak berfoto.
Setelah membeli tiket masuk, pengunjung dapat menjelajah seluruh kompleks candi Prambanan. Tujuan awal ketika berada disini, pastilah candi Prambanan. Di depan pintu masuk area candi Prambanan, pengunjung akan diberikan kain batik oleh petugas untuk dikenakan selama berada di area candi Prambanan. Hal ini merupakan upaya pengenalan batik sebagai budaya Indonesia. Dengan demikian, batik dapat dikenal luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat pengunjung objek wisata ini berasal dari berbagai daerah dan berbagai negara. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pohonan dan hamparan rumput menghijau yang dihiasi rangkaian bunga warna-warni yang menyejukkan setiap pandangan. Dengan tata taman yang demikian cantik ini, semakin menambah keeksotisan candi Prambanan. Kemudian, pengunjung akan masuk area candi melalui pintu detektor sebagai alat penunjang keamanan. Di sebelah kanan pintu masuk, terdapat papan informasi yang membantu pengunjung untuk mempelajari sejarah pembangunan dan pemugaran candi Prambanan dari yang awalnya hanya terdiri atas batu-batu berserakan hingga bisa membentuk candi-candi menawan yang berdiri gagah seperti sekarang. Selanjutnya, pengunjung dapat berwisata sejarah, menggali kisah masa lalu peradaban Hindu di Jawa.
Candi yang sejak tahun 1991 ditetapkan UNESCO sebagai cagar budaya dunia (World Wonder Heritage) ini menempati kompleks seluas 39,8 hektar. Menjulang setinggi 47 meter atau lima meter lebih tinggi dari candi Borobudur, candi Prambanan terlihat perkasa. Hal ini sesuai dengan latar belakang pembangunan candi ini, yaitu ingin menunjukkan kejayaan peradaban Hindu di tanah Jawa.
Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX. Tulisan nama “Pikatan” pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti “Siwargrarha” yang berangka 856 M sebagai manifestasi politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.
Candi Prambanan merupakan bukti pesatnya peradaban Hindu di tanah Jawa. Hal ini dapat dilihat dari struktur candi yang menggambarkan inti kepercayaan dalam agama Hindu, yaitu Trimurti. Kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini memiliki tiga candi utama yang berada di halaman utama sisi barat yang merupakan lambang Trimurti, yaitu candi Siwa (tengah), candi Brahma (selatan), dan candi Wisnu (utara). Di depannya terletak candi Wahana sebagai kendaraan Trimurti; candi Angkasa sebagai kendaraan Brahma (dewa penjaga), candi Nandi sebagai kendaraan Siwa (dewa perusak) dan candi Garuda sebagai kendaraan Wisnu (dewa pencipta). Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir di setiap pintu masuk, dan 4 candi sudut di setiap sudut halaman. Sementara halaman kedua memiliki 224 candi.
Kekayaan arca dan relief pada candi Prambanan merupakan salah satu keistimewaan tersendiri. Di candi Prambanan terdapat banyak arca antara lain arca Siwa Mahadewa (perwujudan Siwa sebagai dewa tertinggi), Durga (istri Siwa), Wisnu, Brahma, lembu Nandi, Chandra (dewa bulan), Surya (dewa matahari), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Rara Jonggrang. Selain arca, pada dinding-dinding candi Prambanan dihiasi oleh relief yang terpahat sempurna membentuk cerita Ramayana, Krisnayana, burung Garuda, pohon Kalpataru, dan relief berbagai burung yang semakin menambah decak kagum setiap mata yang memandang. Relief cerita Ramayana dipahatkan pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma, sedangkan pada pagar langkan candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana yang tidak kalah indah. Memasuki candi Siwa dari arah timur belok ke kiri, Anda akan melihat relief cerita Ramayana searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma. Kemudian, pengunjung juga dapat melihat relief burung mistik Garuda yang digambarkan sebagai setengah manusia setengah burung. Konon, dijadikannya Garuda sebagai lambang negara terinspirasi dari candi ini. Relief lain yang tidak kalah menarik yaitu pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian, dan keserasian lingkungan. Di candi Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini menggambarkan kearifan masyarakat Jawa abad ke-9 dalam mengelola lingkungannya. Apabila Anda teliti, Anda juga bisa melihat berbagai relief burung. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea). Burung ini sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Adanya relief burung Kakatua jambul kuning di candi Prambanan menimbulkan pertanyaan yang hingga kini belum terjawab “Apakah jenis burung Kakatua Jambul Kuning itu dulu pernah terdapat di Yogyakarta?”
Candi Prambanan juga disebut candi Rara Jonggrang. Hal ini terkait dengan legenda dikutuknya putri raja yang cantik parasnya bernama Rara Jonggrang menjadi batu oleh seorang pangeran yang jatuh hati kepadanya bernama Joko Bandung Bandawasa. Rara Jonggrang berusaha mengelak dari cinta Bandung Bandawasa karena ia mengetahui bahwa Bandung Bandawasa adalah orang yang telah membunuh ayahnya. Rara Jonggrang mengajukan syarat kepada Bandung Bandawasa untuk dibuatkan candi dengan 1.000 arca dalam waktu semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi, sebelum Rara Jonggrang berhasil meminta bantuan warga desa untuk menumbuk padi dan membuat api besar agar terkesan suasana sudah pagi hari. Karena merasa dicurangi, waktu itulah Bandung Bandawasa mendekati Rara Jonggrang dan berkata, "Jonggrang, kau ini hanya mencari-cari alasan, kalau tidak mau jangan mencoba mengelabuhiku, kau ini keras kepala seperti batu!". Seketika Rara Jonggrang berubah menjadi arca batu besar. Demikian pula para dara yang tinggal di desa Prambanan, juga mendapat kutukan yaitu tidak laku kawin sebelum mencapai usia tua. Bermula dari legenda ini, tersebutlah suatu mitos bahwa barangsiapa pasangan yang datang ke candi Prambanan, maka cintanya akan kandas.
Bagi pengunjung yang haus sejarah, museum sangat cocok menjadi tujuan kedua setelah candi Prambanan. Disini pengunjung dapat mempelajari sejarah ditemukannya candi Prambanan hingga proses pemugarannya secara lengkap melalui tayangan audio visual, sehingga pengunjung tidak merasa jemu dalam mempelajari sejarah. Berbagai batu, arca, dan replika dari harta karun yang ditemukan di kompleks candi Prambanan juga telah menjadi pemandangan menarik tersendiri di museum ini.
Setelah lelah berkeliling candi Prambanan dan menggali sejarah di museum, area bermain anak dapat menjadi tempat singgah untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Disini, pengunjung dapat beristirahat sambil menikmati keceriaan anak-anak bermain aneka permainan (seperti mobil ATV, ayunan, dll).  Rimbunnya pepohonan membuat Anda dapat menghirup sejuk sepoi angin yang memenuhi saluran nafas, membelai kulit, memberikan kesejukan pada pori. Atau sambil menikmati keperkasaan candi Prambanan dari jarak jauh.
Masih di kompleks candi Prambanan, menelusuri keharmonisan candi Hindu dan Budha. Disini, pengunjung tidak hanya dapat menikmati pesona candi Prambanan yang bercorak Hindu saja. Usai beristirahat di taman bermain anak, apabila Anda berjalan ke arah utara menyusuri jalan beraspal dan mengikuti petunjuk atau naik kereta mini, Anda akan melihat pemandangan menarik dari tiga candi Budha yaitu candi Bubrah, candi Lumbung dan candi Sewu (candi Budha terbesar kedua setelah candi Borobudur). Hal ini sangat menarik ketika candi Hindu dan candi Budha memiliki lokasi yang berdekatan. Menunjukan pada saat itu telah terjalin hubungan yang harmonis antara agama Hindu dan Budha.
Puas berwisata sejarah dan menyaksikan keindahan candi-candi, pengunjung dapat berwisata belanja di los pedagang yang berada di depan pintu masuk dan keluar gerbang sebelah timur. Disana tersedia berbagai benda yang dapat dijadikan sebagai buah tangan. Mulai dari miniatur candi dan hal-hal yang berhubungan dengan candi Prambanan; pakaian tradisional Jogja seperti pakaian batik, surjan, blangkon, keris; makanan dan berbagai barang kerajinan khas Jogja lainnya.
Hiburan gratis di kompleks candi Prambanan. Selain menikmati keeksotisan candi-candi, di kompleks candi Prambanan, pengunjung juga dapat bercengkerama dengan rusa. Di tempat penangkaran yang terletak di sisi timur kompleks candi Prambanan ini, pengelola mengembangbiakan rusa tutul yang telah menjadi hiburan tersendiri bagi pengunjung maupun warga sekitar candi Prambanan. Disini Anda dapat melihat tingkah lucu rusa tutul, memberi makan dan berfoto dengan rusa-rusa tersebut. Untuk menikmati kecantikan rusa ini, pengunjung tidak dikenakan biaya alias gratis.
Kompleks candi Prambanan tidak henti-hentinya memanjakan pengunjung dari pagi hingga malam. Apabila pagi hingga sore hari pengunjung dapat menikmati keelokan candi bersejarah, pada malam hari pengunjung dapat menikmati pertunjukan tari-tarian yang membentuk alur cerita Ramayana. Pertunjukan Sendratari Ramayana ini dapat Anda nikmati pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu pukul 19.30-21.30 WIB di gedung teater tertutup (Tri Murti) atau gedung teater terbuka (Open Theater) yang berada di bagian barat kompleks candi Prambanan. Anda dapat masuk melalui gerbang barat candi Prambanan. Harga tiket masuk pertunjukan Sendratari Ramayana pun beragam mulai dari Rp 30.000,00 (kelas pelajar) hingga Rp 350.000,00 (kelas VIP).
Di bagian barat kompleks candi Prambanan juga terdapat bumi perkemahan Rama Shinta. Luasnya lahan di kompleks candi Prambanan dan pemandangan candi yang indah, sangat mendukung pemanfaatan lahan untuk membuka peluang bisnis yang bertujuan untuk mendatangkan wisatawan ke candi Prambanan sehingga dapat memperluas eksistensinya. Biasanya orang akan memilih tempat yang memiliki pemandangan indah sebagai tempat pelaksanaan acara tertentu. Bumi perkemahan Rama Shinta memenuhi kriteria tersebut, sehingga disewakan untuk tempat perkemahan, acara-acara pertemuan, acara keluarga, ulang tahun, perpisahan sekolah maupun resepsi pernikahan. Tanggapan dari masyarakat pun sangat positif, seringkali mereka menyewa bumi perkemahan Rama Shinta untuk menyelenggarakan suatu acara.
Akomodasi yang lengkap memudahkan wisatawan. Kompleks candi Prambanan terbagi menjadi bagian timur (kompleks candi) dan barat (gedung Sendratari Ramayana) yang dihubungkan oleh jembatan yang di bawahnya mengalir sungai Opak dengan kebeningan air dan pemandangan sungainya yang indah. Jika perut lapar, Anda tidak akan kesulitan mencari tempat untuk memuaskan hasrat makan Anda. Di kompleks candi Prambanan bagian timur, tepatnya di depan pintu masuk dan keluar, warung makan bertebaran. Sedangkan di bagian barat, terdapat rumah makan yang disertai penginapan. Jika ingin yang lebih mewah, di sekitar kompleks candi Prambanan juga tersedia jasa penginapan dan rumah makan seperti Poeri Devata Resort Hotel, Hotel Prambanan Indah, Hotel Jonggrang, dan Hotel Galuh. Pengunjung dapat memilih salah satu tempat yang disukai. Dengan demikian, kemudahan-kemudahan tersebut membuat wisata Anda ke Jogja belum afdal jika belum menyaksikan keeksotisan candi Prambanan yang mendunia.

(disusun dari berbagai sumber)
Tag : ,

Tato: Warisan Budaya Dunia

By : Rika Wijayanti



Tato: Warisan Budaya Dunia

Kapan tepatnya pertama kali tato dibuat masih menjadi misteri hingga saat ini. Pasalnya, beberapa ahli mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda terkait waktu kemunculan tato. Namun, budaya yang menjamur di masyarakat ini telah mendampingi kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Jika di masa lalu tato menjadi sarana ritual, kemudian sempat juga menjadi simbol penjahat hingga meraih reputasi buruk, kini tato bertransformasi menjadi tren fashion yang bernilai estetis tinggi.
Istilah tato atau tattoo (dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa Tahiti yaitu tatau yang berarti “untuk menandai sesuatu”. Di Indonesia, tato mempunyai sinonim yaitu rajah. Sesuai artinya, dahulu tato berfungsi sebagai tanda wilayah, derajat, pangkat, bahkan kesehatan seseorang. Akan tetapi, melihat perkembangannya yang sangat pesat, fungsi tato pun bergeser menyesuaikan kebutuhan zaman dan masyarakat pemakainya.
Seni tato tetap populer di dunia meskipun beberapa kalangan menganggapnya tabu. Tato telah digunakan secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filiphina, Kalimantan, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja dan Tiongkok. Masyarakat Polinesia menjadikan tato sebagai tanda kedewasaan. Bagi kaum laki-laki, tato digambar di bawah pinggang menyerupai celana pendek dan bagi perempuan, tato digambar pada pergelangan tangan dan kaki. Lalu di Amerika, suku Indian juga melukis tubuh mereka. Hal ini dilakukan untuk mempercantik dan menunjukkan status sosial pemakainya.
Budaya tato di wajah menggejala di beberapa negara. Perempuan suku bangsa Kirdi dan Lobi, Afrika Tengah memiliki tato berukuran kecil di bagian mulut, membentuk desain segitiga yang disebut wobaade. Tato ini bertujuan menghindarkan diri dari gangguan setan. Selain Afrika, Jepang juga memiliki budaya tato di wajah. Pada awalnya, tato di Jepang berfungsi sebagai bentuk ritual, kemudian pada masa Shogun Tokugawa bergeser menjadi tanda keluarga. Sedangkan di Mesir, tato dilukis di alis dan pergelangan tangan sebagai lambang kebangsawanan dan kecantikan. Masyarakat Polinesia juga mengembangkan tato di bagian wajah yang biasa disebut moko. Sedangkan di Cina, tepatnya pada suku Drung dan Dai, penatoan tubuh khususnya tangan dan wajah sudah menjadi hal yang biasa. Tato digunakan sebagai lambang kedewasaan pada perempuan yang memasuki usia 12-13 tahun, juga sebagai alat pelindung diri ketika mereka hendak ditangkap dan dijadikan budak. Pasalnya, perempuan yang menjadi budak berisiko menjadi korban pemerkosaan.
Tato juga digunakan sebagai alat medis. Pada masyarakat Berber dan Samoa di Afrika, tato difungsikan untuk mengatasi pegal linu dan encok. Selain itu, tato sebagai alat medis juga dapat ditemui pada masyarakat Mesir dan Afrika Selatan.
Pada masyarakat Indocina seperti Thailand, Kamboja dan Burma, tato mempunyai kemiripan pola desain layaknya pemahatan pada tubuh. Rata-rata desain berbentuk titik-titik yang membentuk garis memanjang berpola sejajar, spiral dan vertikal, serta bercorak mokromatik (gambar naga, burung dan singa). Mereka meyakini bahwa tato  mampu menambah keelokan tubuh mereka.
Tato di Indonesia juga memiliki beragam fungsi. Pada suku Dayak purba, tato yang dilukis di pergelangan tangan dan kaki berfungsi sebagai tanda kebangsawanan. Lain halnya bagi pemangku adat dan dukun, tato yang menghias sekujur tubuhnya difungsikan sebagai ritual keagamaan. Sedangkan di Borneo, Kalimantan, penduduk asli wanita menganggap bahwa tato merupakan simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Suku Mentawai sendiri memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam, menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial atau profesi.
Seiring perkembangan zaman, fungsi tato mulai mengalami pergeseran. Di Indonesia, pada zaman kolonial, tato berfungsi sebagai tanda penjahat. Penatoannya dilakukan dengan cara mencap pada bagian tubuh yang mudah terlihat, menggunakan besi panas yang telah dibentuk. Kemudian, pada era perang dunia, tato menjadi tanda pengenal bagi tentara dan pelaut. Sedangkan pada masa kini, fungsi tato telah bertransformasi sebagai wujud karya seni yang bernilai estetika tinggi. Bahkan telah menjadi tren fashion di kalangan masyarakat urban.

Tato di Indonesia
Di beberapa daerah di Indonesia, tato telah menjadi budaya tradisional yang mendarah daging. Daerah yang menjunjung tinggi budaya tato antara lain Sumatera Barat (suku Mentawai), Kalimantan (suku Dayak) dan Bali.
Jenis tato tertua di Indonesia adalah tato yang dimiliki oleh suku Mentawai. Bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia. Menurut sejarah, orang-orang suku Mentawai telah menato badan sejak mereka datang ke pantai barat Sumatra, pada zaman Logam, 1500 SM-500 SM.
Di Mentawai, tato dikenal dengan istilah titi yang memiliki beberapa kedudukan. Pertama, sebagai lambang jati diri, status soial dan profesi. Tato sikerei (dukun) berbeda dengan tato ahli berburu. Sikerei diketahui dari tato bintang Sibalu-balu di badannya, sementara seorang yang berprofesi sebagai pemburu diketahui dari tato yang bergambar hewan buruannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Begitu pula dengan profesi lain yang menggunakan tato berbeda sebagai penanda profesi pemakainya. Kedua, sebagai simbol keseimbangan alam yang dipandang sebagai roh kehidupan. Suku Mentawai sangat menghormati alam, maka sebagai wujud kepedulian dan kecintaan mereka terhadap alam, dijadikanlah tato sebagai media ekspresinya. Biasanya tato yang digunakan bergambar pohon, matahari, hewan, atau batu. Ketiga, sebagai media ekspresi keindahan. Kreativitas dan jiwa seni yang tinggi yang dimiliki suku Mentawai, akhirnya menghasilkan motif-motif indah yang membalut tubuh mereka.
Kedudukan tato diatur oleh kepercayaan suku Mentawai, ''Arat Sabulungan''. Istilah ini berasal dari kata sa (se) yang berarti sekumpulan, serta bulung yang berarti daun, sehingga dapat diartikan sebagai kumpulan daun yang dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia, yang oleh masyarakat diyakini memiliki tenaga gaib. Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, pengobatan, pindah rumah dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig (usia 11-12 tahun), orang tua memanggil sikerei (dukun) dan rimata (kepala suku). Mereka akan berunding untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu, dipilihlah sipatiti (seniman tato) yang akan menato si anak. Sipatiti ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau kepala suku, melainkan profesi laki-laki pada masyarakat Mentawai. Keahliannya harus dibayar dengan seekor babi.
Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat (upacara inisiasi yang dipimpin sikerei) di galeri milik sipatiti terlebih dahulu. Tubuh bocah yang akan ditato mulai digambar dengan lidi. Sketsa yang telah tergambar di atas tubuh kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu yang dipukul pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa. Janji Gagak Borneo merupakan tahap penatoan awal yang dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usia bocah tadi menginjak dewasa, gambar tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi rere pada paha dan kaki, titi puso di atas perut, kemudian titi teytey pada pinggang dan punggung.
Di Indonesia, tato suku Mentawai dianggap lebih demokratis dibandingkan tato suku Dayak yang cenderung menunjukkan status kekayaan pemakainya. Semakin banyak tato menghiasi tubuh seseorang, maka dianggap semakin kaya orang tersebut.
Tato menjadi bagian dari tradisi, religi, bahkan strata sosial dalam masyarakat suku Dayak, khususnya Dayak Kenyah, Dayak Kayan, Dayak Iban dan Dayak Ngaju. Dalam keyakinan suku Dayak, contohnya bagi Dayak Iban dan Dayak Kayan, tato merupakan wujud penghormatan kepada leluhur. Di kedua suku itu, menato diyakini mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit ataupun roh kematian.
Secara luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun Charles Hose, opsir Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak menilai bahwa teknik dan desain tato terbaik dimiliki suku Dayak Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia bisa mengayau (membunuh orang untuk diambil kepalanya). Namun sejak adanya larangan mengayau dari pemerintah, tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan tenggelam, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika saja. Meskipun begitu, tradisi tato kaum perempuan tidak hilang.
Hingga kini, masyarakat Dayak menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski tidak mengenal kasta, perempuan yang tidak bertato dianggap lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan yang bertato. Ada tiga macam tato yang biasa dipakai perempuan Dayak Kayan, antara lain tedak kassa yang digambar pada seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa, tedak usuu yang digambar di seluruh tangan dan tedak hapii yang digambar di seluruh paha.
Di kalangan suku Dayak Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah haid pertama. Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan, semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu, seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, apabila pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam.
Bagi perempuan Dayak, memiliki tato di bagian paha menandakan status sosial yang sangat tinggi. Biasanya dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Tato sangat jarang ditemukan di bagian lutut. Meski begitu, ada juga tato di bagian lutut yang biasanya dibuat pada bagian akhir pembuatan tato di badan.
Bagi masyarakat Dayak Iban, tato juga menggambarkan derajat status sosial seseorang. Bagi masyarakat Dayak, alam terbagi atas tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili jagat raya (atas) terlihat pada motif burung Enggang, bulan dan matahari. Dunia tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah. Kepala adat, kepala kampung dan panglima perang menato diri mereka dengan simbol dunia atas, sedangkan simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan seseorang.
Saat ini, tato Dayak Ngaju bisa dikatakan telah punah. Hal ini dikarenakan sudah banyak suku Dayak Ngaju yang menganut kepercayaan Islam, Kristen dan juga aturan pemerintah yang tidak menerima pegawai/polisi/tentara yang memiliki tato. Di samping itu, tidak ada lagi generasi tua yang bertato. Oleh karena itu, jarang sekali yang membicarakan tato suku Dayak Ngaju.
Kebudayaan Dayak Ngaju tidak mengenal kuping panjang. Orang sering mengasosiasikan Dayak dengan tato dan kuping panjang. Padahal, kebudayaan Dayak Ngaju tidak mengenal budaya kuping panjang, tetapi babunus atau pesek yang artinya bertindik.
Suku Dayak Ngaju membuat tato dengan maksud tertentu. Menurut kepercayaan masyarakat, bila seseorang telah membuat tato di tubuhnya, kelak saat meninggal dunia dan telah menjalani upacara tiwah (upacara penguburan pada masyarakat Dayak Ngaju), maka tato yang berada di tubuhnya yang semula berwarna hitam akan berubah menjadi emas sehingga seluruh tubuh akan berkilat-kilat. Tato juga berfungsi sebagai bukti bahwa ia suku Dayak, karena semua turunan suku Dayak harus ditato dan ditindik telinganya.
Tato juga terkait dengan sifat kepahlawanan. Di masa lalu, apabila pemuda suku Dayak tidak bertato, maka dianggap kurang jantan oleh gadis-gadis. Selain itu, tato juga merupakan tanda lulus kinyah (bela diri menggunakan Mandau). Biasanya pada usia 10 tahun, saat anak telah berhasil mempelajari gerakan kinyah dan mendapatkan kepala musuh, maka di betis kakinya akan diberi tato.
Selain tato-tato pada suku Dayak yang telah disebutkan di atas, masih terdapat tradisi tato suku Dayak yang bermukim di perbatasan Kalimantan-Serawak. Mereka menato jari-jari tangan sebagai ciri bahwa suku tersebut ahli dalam hal pengobatan.
Di salah satu surga wisata Indonesia, Bali, budaya tato juga berkembang pesat. Dalam bahasa Bali, tato dikenal dengan bahasa mencocoh, sesuai dengan cara pengerjaannya, kulit tubuh dicocoh menggunakan jarum yang bertinta hitam. Pada awal perkembangannya, tato di Bali hanya digemari oleh kalangan elit (dukun, penguasa dan agamawan). Hal ini karena di dalam desain tato Bali mengandung nilai magis, seperti ornamen Bali, calon arang, tokoh pewayangan, gambar rerejahan (misalnya Rerejahan Modre Utama Temen), aksara suci (Acintya, Tri-sula, Cakra). Penggunaan tato tersebut dianggap hanya sesuai bagi mereka yang berada pada posisi tinggi, yaitu yang dianggap lebih dekat dengan dewa.
Motif tato Bali dapat dibedakan menjadi empat macam, yakni kala, simbolik, senjata dan dewa-dewi. Pertama, motif Kala. Biasanya terdiri atas gambar raksasa gundul, Rangda, Kala, Kala Rau Makan Bulan, Raja Banaspati, Sang Kala Raksa, Buta Siu, Sang Jogor Manik. Kedua, motif simbolik yang terdiri atas gambar Ongkara, Acintya, berbagai aksara suci seperti Ang, Ung, Mang. Ketiga, motif senjata seperti gambar rantai, keris, kapak dan gada. Keempat, motif dewa-dewi. Gambar yang biasa digunakan adalah gambar dewa-dewi yang terkenal dalam agama Hindu, seperti dewa Wisnu, dewa Brahma, dewi Durga, dewi Laksmi, dewi Saraswati.
Tato tradisional Bali menggunakan bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar. Untuk pewarnaan, masyarakat memanfaatkan getah pisang yang dicampur dengan jelaga dan minyak kelapa. Ketiga bahan dasar tersebut dicampur dan dioleskan pada kulit yang akan ditato.
Ketika militer Jepang menginvasi Bali, tato mengalami perubahan karena munculnya berbagai kejahatan. Pada tahun 1970-an, untuk menunjukan rasa solidaritas pemuda di suatu daerah, maka dilakukan dengan membuat tato. Tato di sini berperan dalam meningkatkan solidaritas sesama warga dalam mewaspadai, menghadapi dan melawan segala ancaman dari luar. Hal ini semakin menarik karena tato cenderung mengarah pada maskulinitas (kejantanan), sehingga segala ancaman yang datang dari luar dipastikan dapat diatasi oleh para pemuda, meski pada akhirnya mereka tidak dapat menghindari cara kekerasan dan chauvinistis.
Bali kini dilanda tato sekular. Kecenderungan warga Bali meninggalkan desain lokal disebabkan oleh adanya kekhawatiran jika gambar lokal di tubuh dapat menimbulkan pertentangan. Hal ini pernah terjadi ketika turis Belanda menato aksara suci di pantatnya, ia pun harus menuai reaksi keras dari umat Hindu di Bali.

Geliat tato masa kini
Persepsi masyarakat terhadap dunia tato kini mengalami pergeseran. Dulu, banyak berkembang tato tradisional yang identik dengan sifat religius dan magis, karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian, tato juga memperoleh stigma negatif. Dahulu, sekitar tahun 1970-1980-an, masyarakat menilai tato sebagai bentuk kriminalitas, karena di masa tersebut biasanya masyarakat yang membuat tato adalah para penghuni penjara. Selain itu, kelompok Yakuza di Jepang juga turut mempengaruhi pembentukan stigma negatif terhadap tato. Mereka menggunakan horimono (tato tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal (seperti perjudian, narkoba), akhirnya terbentuklah pandangan negatif terhadap tato. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini, setelah era tahun 1990-an, tato mulai dipandang sebagai sebuah bentuk kesenian. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif tadi, kini tato telah menjadi tren fashion dunia. Di kalangan masyarakat urban, tato telah disejajarkan dengan aksesori. Meskipun sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi tato telah menjadi pelengkap penampilan bagi penggemarnya.
Banyak figur bertato yang menginspirasi masyarakat untuk menato dirinya, sehingga tato dapat menjadi tren dunia. Salah satu figur yang paling berpengaruh adalah artis. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka menjadi kiblat fashion berbagai kalangan, khususnya anak muda. Axl Roses misalnya. Vokalis Guns n’ Roses, band beraliran hard rock dari Amerika Serikat ini memang tidak asing dengan tato. Dengan ketenarannya, tato tersebut banyak diikuti, terutama oleh para penggemarnya. Selain itu, di Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih memandang tato sebagai hal yang tabu, juga telah menerima kehadiran budaya ini, terutama masyarakat urban. Figur artis ternama seperti Rio Dewanto, Tora Sudiro, Fachry Albar, Dimas Anggara, Vicky Nitinegoro, hingga Kaka (vokalis band Slank) menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia juga telah terbuka terhadap budaya tato. Bahkan perempuan pun juga banyak yang telah mengikuti tren dunia ini, seperti Tamara Geraldine, Olla Ramlan, Nikita Mirzani, Poppy Sovia, dan masih banyak lagi.
Jenis tato yang berkembang di masa sekarang pun beragam. Secara umum dibagi menjadi tato abstraksi, tato naturalistik, tato dedikasi, tato simple, dan tato kompleks. Tato abstraksi, sebagian besar berasal dari tato gaya kuno yang biasanya digambar di sekitar pusar, dada, betis, dan berwarna hitam atau abu-abu. Lalu ada tato naturalistik yang menggambarkan gaya realistis yang cenderung berbentuk alami. Bentuk yang populer adalah wajah asli Amerika dan para pemimpin agama. Kemudian tato dedikasi yang dibuat karena orang yang menato tersebut memiliki janji atau terlalu mengagumi seseorang, misalnya dengan mengukir nama atau wajah orang tersebut di salah satu bagian tubuhnya. Selain itu, ada tato simple yang tidak memiliki batasan dalam segi desain. Segala bentuk dan ukuran termasuk pada jenis ini asalkan pembuat tato menganggapnya bernilai seni, seperti tato bergambar bunga, hati, atau lambang zodiak. Selanjutnya ada tato kompleks, tato kombinasi dari jenis lainnya. Penggabungan berbagai tato ini semakin membuat tato menjadi lebih menarik. Selain lima jenis tato tadi, di zaman modern ini telah berkembang jenis tato 3D atau tiga dimensi. Hal yang ditonjolkan pada jenis tato 3D adalah realisme dan perbedaan antara hitam dan abu-abu atau Full Color Tattoo dalam penempatan bayang-bayang, sehingga gambar timbul seperti benda nyata.

(disusun dari berbagai sumber)
Tag : ,

- Copyright © Rika Wiijayanti - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -