Archive for November 2014
Bimo Wibowo: Pengusaha Bakpia Beromzet Ratusan Juta
By : Rika Wijayanti
Bimo
Wibowo: Pengusaha Bakpia Beromzet Ratusan Juta
Oleh: Rika Wijayanti
Berpendidikan tinggi tidak
menjamin kesuksesan. Idiom ini yang telah dibuktikan oleh lulusan SMA Negeri 3
Tuban bernama Bimo Wibowo. Pak Bimo adalah pendiri dan pengelola usaha Bakpia Pathok
Mutiara Jogja. Di usianya yang sekarang 34 tahun, wirausahawan asal Tuban, Jawa
Timur yang telah berkeluarga ini, telah mampu melambungkan brand Bakpia Pathok Mutiara Jogja miliknya.
“Apa yang memotivasi
bapak untuk berwirausaha?” tanya penulis. “Terpaksa,” jawab Pak Bimo. Pak Bimo
dilahirkan dalam sebuah keluarga petani yang kurang mampu. Orang tuanya yang berpendidikan
minim, beranggapan bahwa tidak ada korelasi antara pendidikan dan pekerjaan.
Dengan tidak adanya dorongan motivasi maupun ekonomi dari keluarga, menyebabkan
Pak Bimo harus rela meninggalkan kuliahnya di jurusan Ekonomi tanpa menyandang gelar
sarjana. Setelah itu, Pak Bimo malang-melintang bekerja di perusahaan-perusahaan
seperti PLTU Paiton, PT. Sarlindo Utama, Sumitumo Corporation, perbankan, dan beberapa perusahaan lain secara
berpindah-pindah. Akan tetapi, maraknya program outsourcing pada tahun 2004, membuatnya tidak nyaman dalam bekerja.
Pada masa itu, para pekerja bekerja bukan sebagai karyawan tetap, melainkan terikat
masa kontrak. Karena ketidaknyamanan dalam bekerja, maka lahirlah ide untuk
berwirausaha.
Yogyakarta atau sering
disebut Jogja merupakan salah satu tujuan wisata yang banyak dikunjungi oleh
wisatawan domestik maupun mancanegara. Peluang besar ini membuka mata Pak Bimo
untuk mengambil jalur usaha di bidang kuliner, khususnya oleh-oleh khas Jogja.
Jogja memiliki beberapa ikon kuliner antara lain bakpia, gudeg, yangko, dan geplak.
Dan ikon kuliner yang dipilih Pak Bimo untuk dijual adalah bakpia. Hal ini
dikarenakan bakpia merupakan salah satu produk yang tahan lama (tidak cepat
basi), telah dikenal pasar dengan baik, serta selalu identik dengan oleh-oleh
dan wisatawan.
Sepinya pembeli dan
banyaknya komplain menjadi cambuk bagi Pak Bimo untuk memproduksi bakpia. Pak
Bimo mengawali usahanya dengan menjual berbagai penganan ringan dan bakpia
titipan dari produsen lain. “Biasanya Jogja ramai di akhir pekan. Orang beli pada
hari Sabtu dan Minggu untuk dibawa ke kantor hari Senin atau Selasa. Itu banyak
komplain, kok bakpia ini keras, kok bakpia ini berjamur, dan lain-lain. Padahal
kan produk titipan, tapi kan pasti kami yang kena komplain, tokonya kita,” kata
Pak Bimo menjelaskan. Peristiwa seperti ini berdampak pada menurunnya minat
pembeli terhadap produk yang dijual. Oleh karena itu, pada bulan Maret 2008, Pak
Bimo berinisiatif memulai produksi bakpia konvensional untuk mempertahankan
pembeli dan membesarkan usahanya dengan modal awal sebesar tujuh juta rupiah.
Nama brand yang mudah diingat, akan menarik
pembeli dan akhirnya berperan pada peningkatan daya jual. Awalnya, Pak Bimo belum
menggunakan nama brand yang sekarang
dipakai yaitu Bakpia Pathok Mutiara Jogja. Beliau masih menggunakan nama Bakpia
Jaya, lalu berganti mengikuti tren nama dengan angka menjadi Bakpia 25. Kemudian,
karena banyaknya wirausahawan yang menggunakan nama sejenis (menggunakan angka),
orang cenderung kesulitan mengingat nama brand
Bakpia 25. Akhirnya Pak Bimo memiliki ide untuk mengganti nama brand tersebut dengan kata yaitu
Mutiara, sehingga menjadi Bakpia Pathok Mutiara Jogja dengan slogan “Bakpia
yang Enaknya Nggak Pernah Bohong”. Makna dari slogan tersebut adalah komitmen Bakpia
Pathok Mutiara Jogja untuk menjaga kualitas dan memperoleh kepercayaan dari
pembeli bahwa Bakpia Pathok Mutiara Jogja pasti enak. Akan tetapi, pasar yang
menentukan enak atau tidaknya produk yang ditawarkan, dengan demikian diterima
atau tidaknya produk tersebut dapat diketahui dengan indikator laku atau
tidaknya produk yang ditawarkan. Dan Bakpia Pathok Mutiara Jogja telah
membuktikan bahwa slogannya bukan hanya sekedar kata-kata, tapi menunjukan
kualitas produk yang terbukti dengan angka penjualan yang tinggi hingga saat
ini.
Pada tahun 2010, Pak Bimo
mulai mengiklankan produk bakpia konvensionalnya. Untuk memperkenalkan brand miliknya, beliau sangat
mengandalkan metode dari mulut ke mulut. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa metode
inilah yang membesarkan nama brand
miliknya. Adapun cara lain yang ditempuh yaitu dengan menjadi sponsor di
berbagai kegiatan, melalui media sosial, dan pemasangan papan iklan di titik
tertentu, tepatnya pada titik yang berpotensi dikunjungi pengunjung dari luar
kota, seperti Malioboro. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan perbandingan
pembeli lokal dan wisatawan dari luar kota yaitu 30 : 70. Karena wisatawan dari
luar kota lebih berpotensi sebagai pembeli yang konsumtif, maka dibidik sebagai
sasaran utama.
Kemudian, pada tahun
2011, Pak Bimo menemukan konsep baru bagi produknya. Sebelumnya Pak Bimo memproduksi
bakpia konvensional, dan dengan ditemukannya konsep baru, maka menjadi bakpia masa
kini yang lebih tahan lama tanpa pengawet dan pewarna, serta tersedia berbagai
inovasi rasa. Produk yang ditawarkan pun semakin beragam antara lain bakpia
dengan aneka rasa, yangko, geplak, dodol, cakar, paru, olahan tengiri, bandeng,
bebek, aneka kripik, dan aneka camilan
lain yang cocok dibeli sebagai oleh-oleh maupun teman ngemil di perjalanan. Produk-produk tersebut dibanderol dengan
harga yang terjangkau dan sebanding dengan kualitas yang diberikan antara Rp
2.000,00 (air mineral) sampai Rp 80.000,00 (olahan bebek). Sedangkan bakpia
sebagai produk utama, satu kotak dihargai Rp 25.000,00 untuk bakpia satu rasa (kacang
hijau, keju, cokelat, kumbu hitam, kumbu hijau) dan Rp 30.000,00 untuk bakpia
aneka rasa.
Setelah membuktikan
diri sebagai brand yang berkualitas
dan banyak dikenal, berbagai media massa mulai melirik brand Bakpia Pathok Mutiara Jogja. Media massa tersebut terdiri
atas media cetak yaitu koran Tribun Jogja dan beberapa stasiun televisi yang
meliput kesuksesan Bakpia Pathok Mutiara Jogja seperti RCTI, MNC TV, TVRI,
Kompas TV, dan Jogja TV. Demikian, media massa tersebut memiliki andil dalam
upaya memperluas eksistensi Bakpia Pathok Mutiara Jogja, sehingga lebih dikenal
oleh masyarakat luas. Dan untuk menjangkau wilayah pemasaran yang lebih luas,
pak Bimo juga menyediakan layanan paket ke seluruh Indonesia.
Setahun kemudian, yaitu
pada tahun 2012, brand Bakpia Pathok Mutiara
Jogja booming. Pada bulan Oktober 2012,
Pak Bimo mulai menempati rumah produksi di Jl. Manisrenggo Km 0,5 Tlogo,
Prambanan, Klaten (utara stasiun Prambanan). Dan seiring perkembangannya, Pak
Bimo terus menambah toko hingga sekarang memiliki 5 toko yaitu di rumah
produksi dan 4 lainnya di sepanjang jalan Solo, tepatnya Jl. Jogja-Solo Km 9
Yogyakarta (100 m timur pasar Sambilegi), Jl. Jogja-Solo Km 10 Yogyakarta (100 m
timur bandara Adisucipto), Jl. Jogja-Solo Km 10,5 Yogyakarta (depan patung Garuda
AAU), dan Jl. Jogja-Solo Km 17 Prambanan, Klaten (timur candi Prambanan).
Tidak ada jalan tol
untuk menuju kesuksesan. Tantangan berupa minimnya modal, kompetitor dan
kenaikan harga bahan baku selalu menghantui para wirausahawan, tidak terkecuali
Pak Bimo. Tantangan-tantangan tersebut dihadapi Pak Bimo dengan berbagai
inovasi. Dengan modal awal yang relatif kecil yaitu sebesar tujuh juta rupiah,
mengharuskan Pak Bimo memutar otak dalam pengelolaan keuangan. Pasalnya, modal
tersebut harus cukup untuk biaya produksi bakpia dan biaya sewa toko untuk
berjualan sebesar 17 juta rupiah per tahun. Untuk mengatasi masalah sewa,
beliau mengandalkan negosiasi dan kepercayaan. Kemudian, pada masa pergantian
kepemimpinan yang akan datang, kenaikan harga bahan baku untuk produksi tidak
dapat dihindari. Di tengah himpitan biaya produksi yang melambung, para
pewirausaha harus tetap mempertahankan daya jual produknya. Salah satu pilihan
inovasi yang akan dilakukan Pak Bimo yaitu dengan mengurangi kuantitas tanpa
mengurangi kualitas. Melalui hal ini, harga akan tetap stabil. Dan komitmen yang
tertera pada slogan “Bakpia yang Enaknya Nggak Pernah Bohong” tetap terjaga.
Artinya, beliau tidak akan pernah mempermainkan rasa untuk menjaga kualitas
produknya, “Rasa sudah paten!” kata Pak Bimo menegaskan. Lalu, tantangan lainnya
yaitu kompetitor dengan usaha sejenis. Selain mempertahankan kualitas
produknya, inovasi lain yang telah dilakukan Pak Bimo yaitu dengan menambah
varian rasa pada produk-produknya, sehingga tidak kalah saing dengan produk
sejenis.
Merugi adalah hal biasa
dalam berwirausaha. Sebagai wirausahawan, Pak Bimo juga pernah mengalami
kerugian terutama saat awal mula berwirausaha, tepatnya sebelum menempati rumah
produksi. Pernah dalam sehari, beliau hanya mendapat pemasukan Rp 8.000,00.
Namun dengan keuletan dan komitmennya, ia dapat bangkit mengembangkan usahanya
dan mendapat tempat di hati masyarakat selaku pembeli, sehingga usahanya dapat
berkembang sampai saat ini.
Bermanfaat untuk orang lain. Bermula dari prinsip ini,
kini Pak Bimo telah melebarkan sayap
usahanya dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi puluhan pekerja yang
berasal dari daerah sekitar Prambanan. Dengan omzet ratusan juta rupiah per
bulan, beliau mampu menghidupi keluarganya dan para pekerja. “Saya berharap
agar brand ini makin dikenal, Jogja
semakin dikenal,” kata Pak Bimo mengakhiri perbincangan dengan penulis pada
Jum’at (26/9/2014) di rumah produksi.
Tag :
Umum,
Candi Prambanan
By : Rika Wijayanti
Keeksotisan Candi Hindu yang
Mendunia
Daerah
Istimewa Yogyakarta, sesuai namanya, salah satu provinsi di Indonesia ini
memang banyak menyimpan keistimewaan di dalamnya. Tidak hanya kota pendidikan, kota
yang sering disebut Jogja ini juga dijuluki sebagai kota seni dan budaya. Candi
Prambanan adalah salah satu objek wisata budaya Jogja yang termasyhur namanya
hingga ke penjuru dunia. Kecantikan, kekayaan sejarah, dan perannya di masa
lalu telah menjadikannya sebagai tempat kunjungan wajib bagi para wisatawan
bila berkunjung ke Jogja.
Candi
Prambanan yang mendunia. Siapa yang tidak kenal candi Prambanan? Candi Hindu
terbesar di Asia Tenggara. Setiap mata memandang tidak akan luput dari pesona keperkasaannya.
Hal ini terbukti dengan dijadikannya candi Prambanan sebagai tempat pembuatan
adegan film internasional berjudul The
Philosophers After The Dark. Film ini membuktikan eksistensi candi
Prambanan yang diakui oleh warga dunia.
Letak
candi Prambanan yang sangat strategis membuatnya tidak dapat dilewatkan begitu
saja oleh wisatawan. Kompleks candi ini terletak di desa Prambanan, tepatnya Jalan
Jogja-Solo Km 16, Prambanan, Sleman, Yogyakarta 55571, Indonesia. Secara
administratif, candi Prambanan masuk dalam dua kabupaten dan dua provinsi
sekaligus, yaitu Kabupaten Sleman Provinsi DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi
Jawa Tengah. Jaraknya ± 20 km dari kota Yogyakarta. Mudahnya akses menuju candi
Prambanan, membuat wisatawan tidak perlu khawatir perihal transportasi. Lahan
parkir yang luas memungkinkan sepeda, motor, mobil, maupun bus masuk. Namun,
bus Trans Jogja dapat menjadi pilihan utama. Selain nyaman, biayanya pun
terjangkau yaitu Rp 3.000,00. Apabila
ingin ke candi Prambanan, Anda cukup turun di selter Prambanan, dan ketika
memandang ke arah utara, maka tampaklah candi Prambanan dengan pesonanya yang menjulang.
Gerbang masuknya berada di sebelah timur.
Untuk
menikmati candi Hindu tercantik sedunia ini, pengunjung tidak perlu khawatir
dengan harga tiket masuk karena sudah disesuaikan dengan kantong pengunjung. Pengunjung
lokal cukup membayar Rp 30.000,00 untuk dewasa dan Rp 12.500,00 untuk anak-anak serta pelajar.
Wisatawan asing cukup membayar Rp 171.000,00 untuk dewasa dan Rp 95.000,00
untuk anak-anak. Harga ini sebanding dengan fasilitas dan pesona keindahan
candi yang akan didapat. Cukup dengan membeli satu tiket masuk, pengunjung juga
sudah dapat memasuki objek
wisata candi Prambanan beberapa kali di hari yang sama. Hal ini merupakan kabar
baik bagi pengunjung, khususnya fotografer. Mereka dapat leluasa mengabadikan
momen-momen berharga dengan menyesuaikan waktu untuk mendapatkan gambar terbaik
pada pagi, siang, maupun sore hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap sudut
kompleks candi Prambanan memang menawarkan pemandangan yang menawan, sehingga
rugi rasanya bila berkunjung ke candi Prambanan tetapi tidak berfoto.
Setelah
membeli tiket masuk, pengunjung dapat menjelajah seluruh kompleks candi
Prambanan. Tujuan awal ketika berada disini, pastilah candi Prambanan. Di depan
pintu masuk area candi Prambanan, pengunjung akan diberikan
kain batik oleh petugas untuk dikenakan selama berada di area candi Prambanan. Hal
ini merupakan upaya pengenalan batik sebagai budaya Indonesia. Dengan demikian,
batik dapat dikenal luas baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat
pengunjung objek wisata ini berasal dari berbagai daerah dan berbagai negara.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pohonan dan hamparan rumput
menghijau yang dihiasi rangkaian bunga warna-warni yang menyejukkan setiap pandangan.
Dengan tata taman yang demikian cantik ini, semakin menambah keeksotisan candi
Prambanan. Kemudian, pengunjung akan masuk area candi melalui pintu detektor
sebagai alat penunjang keamanan. Di sebelah kanan pintu masuk, terdapat papan
informasi yang membantu pengunjung untuk mempelajari sejarah pembangunan dan
pemugaran candi Prambanan dari yang awalnya hanya terdiri atas batu-batu
berserakan hingga bisa membentuk candi-candi menawan yang berdiri gagah seperti
sekarang. Selanjutnya, pengunjung dapat berwisata sejarah, menggali kisah masa
lalu peradaban Hindu di Jawa.
Candi
yang sejak tahun 1991 ditetapkan UNESCO sebagai cagar budaya dunia (World
Wonder Heritage) ini menempati kompleks seluas 39,8 hektar. Menjulang
setinggi 47 meter atau lima meter lebih tinggi dari candi Borobudur, candi
Prambanan terlihat perkasa. Hal ini sesuai dengan latar belakang pembangunan
candi ini, yaitu ingin menunjukkan kejayaan peradaban Hindu di tanah Jawa.
Candi
Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja dinasti
Sanjaya pada abad IX. Tulisan nama “Pikatan” pada candi menimbulkan pendapat
bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh
Rakai Balitung berdasarkan prasasti “Siwargrarha” yang berangka 856 M sebagai
manifestasi politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.
Candi
Prambanan merupakan bukti pesatnya peradaban Hindu di tanah Jawa. Hal ini dapat
dilihat dari struktur candi yang menggambarkan inti kepercayaan dalam agama
Hindu, yaitu Trimurti. Kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini
memiliki tiga candi utama yang berada di halaman utama sisi barat yang
merupakan lambang Trimurti, yaitu candi
Siwa (tengah), candi Brahma (selatan), dan candi Wisnu (utara). Di depannya terletak candi Wahana sebagai
kendaraan Trimurti; candi Angkasa sebagai kendaraan Brahma (dewa penjaga),
candi Nandi sebagai kendaraan Siwa (dewa perusak) dan candi Garuda sebagai
kendaraan Wisnu (dewa pencipta). Selain itu, masih terdapat 2 candi
apit, 4 candi kelir di setiap pintu masuk, dan 4 candi sudut di setiap sudut halaman.
Sementara halaman kedua memiliki 224 candi.
Kekayaan
arca dan relief pada candi Prambanan merupakan salah satu keistimewaan
tersendiri. Di candi Prambanan terdapat
banyak arca antara lain arca Siwa Mahadewa (perwujudan Siwa sebagai dewa tertinggi),
Durga (istri Siwa), Wisnu, Brahma, lembu Nandi, Chandra (dewa bulan), Surya (dewa
matahari), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang
disebut-sebut sebagai arca Rara Jonggrang. Selain arca, pada dinding-dinding
candi Prambanan dihiasi oleh relief yang terpahat sempurna membentuk cerita
Ramayana, Krisnayana, burung Garuda, pohon Kalpataru, dan relief berbagai burung
yang semakin menambah decak kagum setiap mata yang memandang. Relief cerita
Ramayana dipahatkan pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma,
sedangkan pada pagar langkan candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana yang tidak
kalah indah. Memasuki candi Siwa dari arah timur
belok ke kiri, Anda akan melihat relief cerita Ramayana searah jarum jam,
relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma. Kemudian, pengunjung
juga dapat melihat relief burung mistik Garuda yang digambarkan sebagai setengah
manusia setengah burung. Konon, dijadikannya Garuda sebagai lambang negara
terinspirasi dari candi ini. Relief lain yang
tidak kalah menarik yaitu pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap
sebagai pohon kehidupan, kelestarian, dan keserasian lingkungan. Di candi Prambanan,
relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini
menggambarkan kearifan masyarakat Jawa abad ke-9 dalam mengelola lingkungannya.
Apabila Anda teliti, Anda juga bisa melihat berbagai relief burung. Salah
satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua Sulphurea). Burung ini sebenarnya
hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Adanya
relief burung Kakatua jambul kuning di candi Prambanan menimbulkan pertanyaan
yang hingga kini belum terjawab “Apakah jenis burung Kakatua Jambul Kuning itu
dulu pernah terdapat di Yogyakarta?”
Candi
Prambanan juga disebut candi Rara Jonggrang. Hal ini terkait dengan legenda dikutuknya
putri raja yang cantik parasnya bernama Rara Jonggrang menjadi batu oleh
seorang pangeran yang jatuh hati kepadanya bernama Joko Bandung Bandawasa. Rara
Jonggrang berusaha mengelak dari cinta Bandung Bandawasa karena ia mengetahui
bahwa Bandung Bandawasa adalah orang yang telah membunuh ayahnya. Rara Jonggrang
mengajukan syarat kepada Bandung Bandawasa untuk dibuatkan candi dengan 1.000
arca dalam waktu semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi, sebelum Rara Jonggrang
berhasil meminta bantuan warga desa untuk menumbuk padi dan membuat api besar
agar terkesan suasana sudah pagi hari. Karena merasa dicurangi, waktu itulah
Bandung Bandawasa mendekati Rara Jonggrang dan berkata, "Jonggrang, kau
ini hanya mencari-cari alasan, kalau tidak mau jangan mencoba mengelabuhiku,
kau ini keras kepala seperti batu!". Seketika Rara Jonggrang berubah
menjadi arca batu besar. Demikian pula para dara yang tinggal di desa Prambanan,
juga mendapat kutukan yaitu tidak laku kawin sebelum mencapai usia tua. Bermula
dari legenda ini, tersebutlah suatu mitos bahwa barangsiapa pasangan yang
datang ke candi Prambanan, maka cintanya akan kandas.
Bagi
pengunjung yang haus sejarah, museum sangat cocok menjadi tujuan kedua setelah
candi Prambanan. Disini pengunjung dapat mempelajari sejarah ditemukannya candi
Prambanan hingga proses pemugarannya secara lengkap melalui tayangan audio
visual, sehingga pengunjung tidak merasa jemu dalam mempelajari sejarah.
Berbagai batu, arca, dan replika dari harta karun yang ditemukan di kompleks
candi Prambanan juga telah menjadi pemandangan menarik tersendiri di museum
ini.
Setelah
lelah berkeliling candi Prambanan dan menggali sejarah di museum, area bermain
anak dapat menjadi tempat singgah untuk beristirahat sejenak sebelum
melanjutkan perjalanan. Disini, pengunjung dapat beristirahat sambil menikmati
keceriaan anak-anak bermain aneka permainan (seperti mobil ATV, ayunan, dll). Rimbunnya pepohonan membuat Anda dapat menghirup
sejuk sepoi angin yang memenuhi saluran nafas, membelai kulit, memberikan
kesejukan pada pori. Atau sambil menikmati keperkasaan candi Prambanan dari
jarak jauh.
Masih
di kompleks candi Prambanan, menelusuri keharmonisan candi Hindu dan Budha. Disini,
pengunjung tidak hanya dapat menikmati pesona candi Prambanan yang bercorak Hindu
saja. Usai beristirahat di taman bermain anak, apabila Anda berjalan ke arah
utara menyusuri jalan beraspal dan mengikuti petunjuk atau naik kereta mini, Anda
akan melihat pemandangan menarik dari tiga candi Budha yaitu candi Bubrah,
candi Lumbung dan candi Sewu (candi Budha terbesar kedua setelah candi
Borobudur). Hal ini sangat menarik ketika candi Hindu dan candi Budha memiliki
lokasi yang berdekatan. Menunjukan pada saat itu telah terjalin hubungan yang
harmonis antara agama Hindu dan Budha.
Puas
berwisata sejarah dan menyaksikan keindahan candi-candi, pengunjung dapat berwisata
belanja di los pedagang yang berada di depan pintu masuk dan keluar gerbang sebelah
timur. Disana tersedia berbagai benda yang dapat dijadikan sebagai buah tangan.
Mulai dari miniatur candi dan hal-hal yang berhubungan dengan candi Prambanan;
pakaian tradisional Jogja seperti pakaian batik, surjan, blangkon, keris;
makanan dan berbagai barang kerajinan khas Jogja lainnya.
Hiburan
gratis di kompleks candi Prambanan. Selain menikmati keeksotisan candi-candi, di
kompleks candi Prambanan, pengunjung juga dapat bercengkerama dengan rusa. Di
tempat penangkaran yang terletak di sisi timur kompleks candi Prambanan ini,
pengelola mengembangbiakan rusa tutul yang telah menjadi hiburan tersendiri
bagi pengunjung maupun warga sekitar candi Prambanan. Disini Anda dapat melihat
tingkah lucu rusa tutul, memberi makan dan berfoto dengan rusa-rusa tersebut.
Untuk menikmati kecantikan rusa ini, pengunjung tidak dikenakan biaya alias gratis.
Kompleks
candi Prambanan tidak henti-hentinya memanjakan pengunjung dari pagi hingga
malam. Apabila pagi hingga sore hari pengunjung dapat menikmati keelokan candi
bersejarah, pada malam hari pengunjung dapat menikmati pertunjukan tari-tarian
yang membentuk alur cerita Ramayana. Pertunjukan Sendratari Ramayana ini dapat Anda
nikmati pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu pukul 19.30-21.30 WIB di gedung teater
tertutup (Tri Murti) atau gedung teater terbuka (Open Theater) yang berada di
bagian barat kompleks candi Prambanan. Anda dapat masuk melalui gerbang barat
candi Prambanan. Harga tiket masuk pertunjukan Sendratari Ramayana pun beragam
mulai dari Rp 30.000,00 (kelas pelajar) hingga Rp 350.000,00 (kelas VIP).
Di
bagian barat kompleks candi Prambanan juga terdapat bumi perkemahan Rama
Shinta. Luasnya lahan di kompleks candi Prambanan dan pemandangan candi yang
indah, sangat mendukung pemanfaatan lahan untuk membuka peluang bisnis yang
bertujuan untuk mendatangkan wisatawan ke candi Prambanan sehingga dapat memperluas
eksistensinya. Biasanya orang akan memilih tempat yang memiliki pemandangan
indah sebagai tempat pelaksanaan acara tertentu. Bumi perkemahan Rama Shinta memenuhi kriteria tersebut, sehingga disewakan
untuk tempat perkemahan, acara-acara pertemuan, acara keluarga, ulang tahun,
perpisahan sekolah maupun resepsi pernikahan. Tanggapan dari masyarakat pun
sangat positif, seringkali mereka menyewa bumi perkemahan Rama Shinta untuk
menyelenggarakan suatu acara.
Akomodasi
yang lengkap memudahkan wisatawan. Kompleks candi Prambanan terbagi menjadi
bagian timur (kompleks candi) dan barat (gedung Sendratari Ramayana) yang
dihubungkan oleh jembatan yang di bawahnya mengalir sungai Opak dengan kebeningan
air dan pemandangan sungainya yang indah. Jika perut lapar, Anda tidak akan
kesulitan mencari tempat untuk memuaskan hasrat makan Anda. Di kompleks candi
Prambanan bagian timur, tepatnya di depan pintu masuk dan keluar, warung makan
bertebaran. Sedangkan di bagian barat, terdapat rumah makan yang disertai
penginapan. Jika ingin yang lebih mewah, di sekitar kompleks candi Prambanan
juga tersedia jasa penginapan dan rumah makan seperti Poeri Devata Resort Hotel, Hotel Prambanan Indah, Hotel
Jonggrang, dan Hotel Galuh. Pengunjung dapat memilih salah satu tempat
yang disukai. Dengan demikian, kemudahan-kemudahan tersebut membuat wisata Anda
ke Jogja belum afdal jika belum menyaksikan keeksotisan candi Prambanan yang
mendunia.
(disusun dari berbagai sumber)
(disusun dari berbagai sumber)
Tag :
Pariwisata,
Tato: Warisan Budaya Dunia
By : Rika Wijayanti
Tato:
Warisan Budaya Dunia
Kapan tepatnya pertama
kali tato dibuat masih menjadi misteri hingga saat ini. Pasalnya, beberapa ahli
mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda terkait waktu kemunculan tato. Namun,
budaya yang menjamur di masyarakat ini telah mendampingi kehidupan manusia
sejak ribuan tahun lalu. Jika di masa lalu tato menjadi sarana ritual, kemudian
sempat juga menjadi simbol penjahat hingga meraih reputasi buruk, kini tato
bertransformasi menjadi tren fashion
yang bernilai estetis tinggi.
Istilah tato atau tattoo (dalam bahasa Inggris) berasal
dari bahasa Tahiti yaitu tatau yang
berarti “untuk menandai sesuatu”. Di Indonesia, tato mempunyai sinonim yaitu
rajah. Sesuai artinya, dahulu tato berfungsi sebagai tanda wilayah, derajat,
pangkat, bahkan kesehatan seseorang. Akan tetapi, melihat perkembangannya yang
sangat pesat, fungsi tato pun bergeser menyesuaikan kebutuhan zaman dan
masyarakat pemakainya.
Seni tato tetap populer
di dunia meskipun beberapa kalangan menganggapnya tabu. Tato telah digunakan
secara luas oleh orang-orang Polinesia, Filiphina, Kalimantan, Afrika, Amerika
Utara, Amerika Selatan, Mesoamerika, Eropa, Jepang, Kamboja dan Tiongkok.
Masyarakat Polinesia menjadikan tato sebagai tanda kedewasaan. Bagi kaum
laki-laki, tato digambar di bawah pinggang menyerupai celana pendek dan bagi
perempuan, tato digambar pada pergelangan tangan dan kaki. Lalu di Amerika,
suku Indian juga melukis tubuh mereka. Hal ini dilakukan untuk mempercantik dan
menunjukkan status sosial pemakainya.
Budaya tato di wajah
menggejala di beberapa negara. Perempuan suku bangsa Kirdi dan Lobi, Afrika
Tengah memiliki tato berukuran kecil di bagian mulut, membentuk desain segitiga
yang disebut wobaade. Tato ini bertujuan menghindarkan diri dari
gangguan setan. Selain Afrika, Jepang juga memiliki budaya tato di wajah. Pada
awalnya, tato di Jepang berfungsi sebagai bentuk ritual, kemudian pada masa
Shogun Tokugawa bergeser menjadi tanda keluarga. Sedangkan di Mesir, tato
dilukis di alis dan pergelangan tangan sebagai lambang kebangsawanan dan
kecantikan. Masyarakat Polinesia juga mengembangkan tato di bagian wajah yang
biasa disebut moko. Sedangkan di Cina,
tepatnya pada suku Drung dan Dai, penatoan tubuh khususnya tangan dan wajah sudah
menjadi hal yang biasa. Tato digunakan sebagai lambang kedewasaan pada
perempuan yang memasuki usia 12-13 tahun, juga sebagai alat pelindung diri
ketika mereka hendak ditangkap dan dijadikan budak. Pasalnya, perempuan yang
menjadi budak berisiko menjadi korban pemerkosaan.
Tato juga digunakan sebagai
alat medis. Pada masyarakat Berber dan Samoa di Afrika, tato difungsikan untuk
mengatasi pegal linu dan encok. Selain itu, tato sebagai alat medis juga dapat
ditemui pada masyarakat Mesir dan Afrika Selatan.
Pada masyarakat
Indocina seperti Thailand, Kamboja dan Burma, tato mempunyai kemiripan pola
desain layaknya pemahatan pada tubuh. Rata-rata desain berbentuk titik-titik yang
membentuk garis memanjang berpola sejajar, spiral dan vertikal, serta bercorak
mokromatik (gambar naga, burung dan singa). Mereka meyakini bahwa tato mampu menambah keelokan tubuh mereka.
Tato di Indonesia juga
memiliki beragam fungsi. Pada suku Dayak purba, tato yang dilukis di
pergelangan tangan dan kaki berfungsi sebagai tanda kebangsawanan. Lain halnya
bagi pemangku adat dan dukun, tato yang menghias sekujur tubuhnya difungsikan
sebagai ritual keagamaan. Sedangkan di Borneo, Kalimantan, penduduk asli wanita
menganggap bahwa tato merupakan simbol yang menunjukkan keahlian khusus. Suku Mentawai
sendiri memandang tato sebagai suatu hal yang sakral dan berfungsi sebagai
simbol keseimbangan alam, menunjukkan identitas dan perbedaan status sosial
atau profesi.
Seiring perkembangan
zaman, fungsi tato mulai mengalami pergeseran. Di Indonesia, pada zaman
kolonial, tato berfungsi sebagai tanda penjahat. Penatoannya dilakukan dengan
cara mencap pada bagian tubuh yang mudah terlihat, menggunakan besi panas yang telah
dibentuk. Kemudian, pada era perang dunia, tato menjadi tanda pengenal bagi
tentara dan pelaut. Sedangkan pada masa kini, fungsi tato telah bertransformasi
sebagai wujud karya seni yang bernilai estetika tinggi. Bahkan telah menjadi
tren fashion di kalangan masyarakat
urban.
Tato
di Indonesia
Di
beberapa daerah di Indonesia, tato telah menjadi budaya tradisional yang
mendarah daging. Daerah yang menjunjung tinggi budaya tato antara lain Sumatera
Barat (suku Mentawai), Kalimantan (suku Dayak) dan Bali.
Jenis tato tertua di Indonesia
adalah tato yang dimiliki oleh suku Mentawai. Bahkan beberapa sumber mengatakan
bahwa tato suku Mentawai merupakan tato tertua di dunia. Menurut sejarah,
orang-orang suku Mentawai telah menato badan sejak mereka datang ke pantai
barat Sumatra, pada zaman Logam, 1500 SM-500 SM.
Di Mentawai, tato
dikenal dengan istilah titi yang memiliki beberapa kedudukan. Pertama,
sebagai lambang jati diri, status soial dan profesi. Tato sikerei (dukun) berbeda dengan tato ahli berburu. Sikerei diketahui dari tato bintang
Sibalu-balu di badannya, sementara seorang yang berprofesi sebagai pemburu
diketahui dari tato yang bergambar hewan buruannya, seperti babi, rusa, kera,
burung, atau buaya. Begitu pula dengan profesi lain yang menggunakan tato
berbeda sebagai penanda profesi pemakainya. Kedua, sebagai simbol keseimbangan
alam yang dipandang sebagai roh kehidupan. Suku Mentawai sangat menghormati
alam, maka sebagai wujud kepedulian dan kecintaan mereka terhadap alam,
dijadikanlah tato sebagai media ekspresinya. Biasanya tato yang digunakan
bergambar pohon, matahari, hewan, atau batu. Ketiga, sebagai media ekspresi
keindahan. Kreativitas dan jiwa seni yang tinggi yang dimiliki suku Mentawai,
akhirnya menghasilkan motif-motif indah yang membalut tubuh mereka.
Kedudukan tato diatur
oleh kepercayaan suku Mentawai, ''Arat Sabulungan''. Istilah ini berasal dari
kata sa (se) yang berarti sekumpulan, serta bulung yang berarti daun, sehingga dapat diartikan sebagai kumpulan
daun yang dirangkai dalam lingkaran yang terbuat dari pucuk enau atau rumbia,
yang oleh masyarakat diyakini memiliki tenaga gaib. Arat Sabulungan dipakai dalam setiap upacara kelahiran, pengobatan,
pindah rumah dan penatoan. Ketika anak lelaki memasuki akil balig (usia 11-12
tahun), orang tua memanggil sikerei (dukun)
dan rimata (kepala suku). Mereka akan
berunding untuk menentukan hari dan bulan pelaksanaan penatoan. Setelah itu,
dipilihlah sipatiti (seniman tato)
yang akan menato si anak. Sipatiti
ini bukanlah jabatan berdasarkan pengangkatan masyarakat, seperti dukun atau
kepala suku, melainkan profesi laki-laki pada masyarakat Mentawai. Keahliannya
harus dibayar dengan seekor babi.
Sebelum penatoan,
dilakukan punen enegat (upacara
inisiasi yang dipimpin sikerei) di galeri
milik sipatiti terlebih dahulu. Tubuh
bocah yang akan ditato mulai digambar dengan lidi. Sketsa yang telah tergambar
di atas tubuh kemudian ditusuk dengan jarum bertangkai kayu yang dipukul
pelan-pelan dengan kayu pemukul untuk memasukkan zat pewarna ke dalam lapisan
kulit. Pewarna yang dipakai adalah campuran daun pisang dan arang tempurung
kelapa. Janji Gagak Borneo merupakan
tahap penatoan awal yang dilakukan di bagian pangkal lengan. Ketika usia bocah
tadi menginjak dewasa, gambar tatonya dilanjutkan dengan pola durukat di dada, titi takep di tangan, titi
rere pada paha dan kaki, titi puso
di atas perut, kemudian titi teytey
pada pinggang dan punggung.
Di Indonesia, tato suku
Mentawai dianggap lebih demokratis dibandingkan tato suku Dayak yang cenderung
menunjukkan status kekayaan pemakainya. Semakin banyak tato menghiasi tubuh
seseorang, maka dianggap semakin kaya orang tersebut.
Tato menjadi bagian
dari tradisi, religi, bahkan strata sosial dalam masyarakat suku Dayak,
khususnya Dayak Kenyah, Dayak Kayan, Dayak Iban dan Dayak Ngaju. Dalam
keyakinan suku Dayak, contohnya bagi Dayak Iban dan Dayak Kayan, tato merupakan wujud penghormatan kepada leluhur. Di kedua
suku itu, menato diyakini mampu menangkal roh jahat, serta mengusir penyakit
ataupun roh kematian.
Secara
luas, tato ditemukan di seluruh masyarakat Dayak. Namun Charles Hose, opsir
Inggris di Kantor Pelayanan Sipil Sarawak menilai bahwa teknik dan desain tato
terbaik dimiliki suku Dayak Kayan. Bagi suku ini, penatoan hanya dilakukan bila
memenuhi syarat tertentu. Bagi lelaki, proses penatoan dilakukan setelah ia
bisa mengayau (membunuh orang untuk diambil kepalanya). Namun sejak adanya
larangan mengayau dari pemerintah, tradisi tato bagi laki-laki ini perlahan
tenggelam, tato hanya muncul untuk kepentingan estetika saja. Meskipun begitu,
tradisi tato kaum perempuan tidak hilang.
Hingga kini, masyarakat
Dayak menganggap tato sebagai lambang keindahan dan harga diri. Meski tidak
mengenal kasta, perempuan yang tidak bertato dianggap lebih rendah derajatnya
dibandingkan dengan yang bertato. Ada tiga macam tato yang biasa dipakai
perempuan Dayak Kayan, antara lain tedak
kassa yang digambar pada seluruh kaki dan dipakai setelah dewasa, tedak usuu yang digambar di seluruh tangan
dan tedak hapii yang digambar di
seluruh paha.
Di kalangan suku Dayak
Kenyah, penatoan dimulai ketika seorang wanita berusia 16 tahun, atau setelah
haid pertama. Upacara adat dilakukan di sebuah rumah khusus. Selama penatoan,
semua kaum pria dalam rumah tersebut tidak boleh keluar dari rumah. Selain itu,
seluruh anggota keluarga juga wajib menjalani berbagai pantangan. Konon, apabila
pantangan itu dilanggar, keselamatan orang yang ditato akan terancam.
Bagi perempuan Dayak,
memiliki tato di bagian paha menandakan status sosial yang sangat tinggi. Biasanya
dilengkapi gelang di bagian bawah betis. Tato sangat jarang ditemukan di bagian
lutut. Meski begitu, ada juga tato di bagian lutut yang biasanya dibuat pada
bagian akhir pembuatan tato di badan.
Bagi masyarakat Dayak
Iban, tato juga menggambarkan derajat status sosial seseorang. Bagi masyarakat
Dayak, alam terbagi atas tiga: atas, tengah dan bawah. Simbol yang mewakili jagat
raya (atas) terlihat pada motif burung Enggang, bulan dan matahari. Dunia
tengah, tempat hidup manusia, disimbolkan dengan pohon kehidupan. Sedangkan
ular naga adalah motif yang memperlihatkan dunia bawah. Kepala adat, kepala
kampung dan panglima perang menato diri mereka dengan simbol dunia atas, sedangkan
simbol dunia bawah hanya menghiasi tubuh masyarakat biasa. Motif ini diwariskan
turun-temurun untuk menunjukkan garis kekerabatan seseorang.
Saat ini, tato Dayak
Ngaju bisa dikatakan telah punah. Hal ini dikarenakan sudah banyak suku Dayak
Ngaju yang menganut kepercayaan Islam, Kristen dan juga aturan pemerintah yang
tidak menerima pegawai/polisi/tentara yang memiliki tato. Di samping itu, tidak
ada lagi generasi tua yang bertato. Oleh karena itu, jarang sekali yang
membicarakan tato suku Dayak Ngaju.
Kebudayaan Dayak Ngaju
tidak mengenal kuping panjang. Orang sering mengasosiasikan Dayak dengan tato
dan kuping panjang. Padahal, kebudayaan Dayak Ngaju tidak mengenal budaya
kuping panjang, tetapi babunus atau pesek yang artinya bertindik.
Suku Dayak Ngaju
membuat tato dengan maksud tertentu. Menurut kepercayaan masyarakat, bila
seseorang telah membuat tato di tubuhnya, kelak saat meninggal dunia dan telah menjalani
upacara tiwah (upacara penguburan pada masyarakat Dayak Ngaju), maka tato yang
berada di tubuhnya yang semula berwarna hitam akan berubah menjadi emas
sehingga seluruh tubuh akan berkilat-kilat. Tato juga berfungsi sebagai bukti
bahwa ia suku Dayak, karena semua turunan suku Dayak harus ditato dan ditindik
telinganya.
Tato juga terkait
dengan sifat kepahlawanan. Di masa lalu, apabila pemuda suku Dayak tidak
bertato, maka dianggap kurang jantan oleh gadis-gadis. Selain itu, tato juga
merupakan tanda lulus kinyah (bela
diri menggunakan Mandau). Biasanya pada usia 10 tahun, saat anak telah berhasil
mempelajari gerakan kinyah dan mendapatkan
kepala musuh, maka di betis kakinya akan diberi tato.
Selain tato-tato pada
suku Dayak yang telah disebutkan di atas, masih terdapat tradisi tato suku
Dayak yang bermukim di perbatasan Kalimantan-Serawak. Mereka menato jari-jari
tangan sebagai ciri bahwa suku tersebut ahli dalam hal pengobatan.
Di salah satu surga
wisata Indonesia, Bali, budaya tato juga berkembang pesat. Dalam bahasa Bali,
tato dikenal dengan bahasa mencocoh, sesuai dengan cara pengerjaannya, kulit
tubuh dicocoh menggunakan jarum yang bertinta hitam. Pada awal perkembangannya,
tato di Bali hanya digemari oleh kalangan elit (dukun, penguasa dan agamawan).
Hal ini karena di dalam desain tato Bali mengandung nilai magis, seperti
ornamen Bali, calon arang, tokoh pewayangan, gambar rerejahan (misalnya Rerejahan Modre Utama Temen), aksara suci
(Acintya, Tri-sula, Cakra). Penggunaan tato tersebut dianggap hanya sesuai bagi
mereka yang berada pada posisi tinggi, yaitu yang dianggap lebih dekat dengan
dewa.
Motif tato Bali dapat
dibedakan menjadi empat macam, yakni kala, simbolik, senjata dan dewa-dewi.
Pertama, motif Kala. Biasanya terdiri atas gambar raksasa gundul, Rangda, Kala,
Kala Rau Makan Bulan, Raja Banaspati, Sang Kala Raksa, Buta Siu, Sang Jogor
Manik. Kedua, motif simbolik yang terdiri atas gambar Ongkara, Acintya,
berbagai aksara suci seperti Ang, Ung, Mang. Ketiga, motif senjata seperti
gambar rantai, keris, kapak dan gada. Keempat, motif dewa-dewi. Gambar yang
biasa digunakan adalah gambar dewa-dewi yang terkenal dalam agama Hindu,
seperti dewa Wisnu, dewa Brahma, dewi Durga, dewi Laksmi, dewi Saraswati.
Tato tradisional Bali
menggunakan bahan-bahan alam yang tersedia di sekitar. Untuk pewarnaan, masyarakat
memanfaatkan getah pisang yang dicampur dengan jelaga dan minyak kelapa. Ketiga
bahan dasar tersebut dicampur dan dioleskan pada kulit yang akan ditato.
Ketika militer Jepang
menginvasi Bali, tato mengalami perubahan karena munculnya berbagai kejahatan.
Pada tahun 1970-an, untuk menunjukan rasa solidaritas pemuda di suatu daerah, maka
dilakukan dengan membuat tato. Tato di sini berperan dalam meningkatkan
solidaritas sesama warga dalam mewaspadai, menghadapi dan melawan segala ancaman
dari luar. Hal ini semakin menarik karena tato cenderung mengarah pada
maskulinitas (kejantanan), sehingga segala ancaman yang datang dari luar
dipastikan dapat diatasi oleh para pemuda, meski pada akhirnya mereka tidak
dapat menghindari cara kekerasan dan chauvinistis.
Bali kini dilanda tato
sekular. Kecenderungan warga Bali meninggalkan desain lokal disebabkan oleh
adanya kekhawatiran jika gambar lokal di tubuh dapat menimbulkan pertentangan.
Hal ini pernah terjadi ketika turis Belanda menato aksara suci di pantatnya, ia
pun harus menuai reaksi keras dari umat Hindu di Bali.
Geliat
tato masa kini
Persepsi masyarakat
terhadap dunia tato kini mengalami pergeseran. Dulu, banyak berkembang tato
tradisional yang identik dengan sifat religius dan magis, karena gambar yang
digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan
masyarakat. Kemudian, tato juga memperoleh stigma negatif. Dahulu, sekitar
tahun 1970-1980-an, masyarakat menilai tato sebagai bentuk kriminalitas, karena
di masa tersebut biasanya masyarakat yang membuat tato adalah para penghuni
penjara. Selain itu, kelompok Yakuza di Jepang juga turut mempengaruhi
pembentukan stigma negatif terhadap tato. Mereka menggunakan horimono (tato
tradisional Jepang) pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat
dengan hal-hal kriminal (seperti perjudian, narkoba), akhirnya terbentuklah
pandangan negatif terhadap tato. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini,
setelah era tahun 1990-an, tato mulai dipandang sebagai sebuah bentuk kesenian.
Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif tadi, kini tato telah
menjadi tren fashion dunia. Di
kalangan masyarakat urban, tato telah disejajarkan dengan aksesori. Meskipun
sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi tato telah menjadi
pelengkap penampilan bagi penggemarnya.
Banyak
figur bertato yang menginspirasi masyarakat untuk menato dirinya, sehingga tato
dapat menjadi tren dunia. Salah satu figur yang paling berpengaruh adalah
artis. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka menjadi kiblat fashion berbagai kalangan, khususnya anak muda. Axl Roses misalnya. Vokalis Guns n’ Roses,
band beraliran hard rock dari Amerika Serikat ini memang tidak asing
dengan tato. Dengan ketenarannya, tato tersebut banyak diikuti, terutama oleh
para penggemarnya. Selain itu, di Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih
memandang tato sebagai hal yang tabu, juga telah menerima kehadiran budaya ini,
terutama masyarakat urban. Figur artis ternama seperti Rio Dewanto, Tora
Sudiro, Fachry Albar, Dimas Anggara, Vicky Nitinegoro, hingga Kaka (vokalis
band Slank) menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia juga telah terbuka
terhadap budaya tato. Bahkan perempuan pun juga banyak yang telah mengikuti tren
dunia ini, seperti Tamara Geraldine, Olla Ramlan, Nikita Mirzani, Poppy Sovia,
dan masih banyak lagi.
Jenis tato yang berkembang di masa sekarang pun beragam. Secara umum
dibagi menjadi tato abstraksi, tato naturalistik, tato dedikasi, tato simple,
dan tato kompleks. Tato abstraksi, sebagian besar berasal dari tato gaya kuno
yang biasanya digambar di sekitar pusar, dada, betis, dan berwarna hitam atau
abu-abu. Lalu ada tato naturalistik yang menggambarkan gaya realistis yang
cenderung berbentuk alami. Bentuk yang populer adalah wajah asli Amerika dan
para pemimpin agama. Kemudian tato dedikasi yang dibuat karena orang yang
menato tersebut memiliki janji atau terlalu mengagumi seseorang, misalnya
dengan mengukir nama atau wajah orang tersebut di salah satu bagian tubuhnya.
Selain itu, ada tato simple yang tidak memiliki batasan dalam segi
desain. Segala bentuk dan ukuran termasuk pada jenis ini asalkan pembuat tato
menganggapnya bernilai seni, seperti tato bergambar bunga, hati, atau lambang
zodiak. Selanjutnya ada tato kompleks, tato kombinasi dari jenis lainnya.
Penggabungan berbagai tato ini semakin membuat tato menjadi lebih menarik. Selain
lima jenis tato tadi, di zaman modern ini telah berkembang jenis tato 3D atau
tiga dimensi. Hal yang ditonjolkan pada jenis tato 3D adalah realisme
dan perbedaan antara hitam dan abu-abu
atau Full Color Tattoo dalam penempatan bayang-bayang, sehingga gambar timbul seperti benda
nyata.
(disusun dari berbagai sumber)
(disusun dari berbagai sumber)
Tag :
Umum,